Scroll ke bawah untuk melanjutkan
Koran Banjar
Koran Banjar

Kisah Inspiratif Owner RG, Putra Qomaluddin AN (1); Dari Organisasi Mahasiswa, Kemudian Bisnis di Rumah

Avatar
1581
×

Kisah Inspiratif Owner RG, Putra Qomaluddin AN (1); Dari Organisasi Mahasiswa, Kemudian Bisnis di Rumah

Sebarkan artikel ini

Beberapa tahun lalu, mungkin siapa sih yang mengenal Putra Qomaluddin Attar Nuriqli? Tetapi 5 tahun terakhir, nama tokoh pemuda ini kian melejit, seiringa dengan bisnisnya di bidang percetakan dan advertising yang terus bekembang. Dialah owner atau pemilik PT. Restu Guru Promosindo, yang belakangan terus populer.

DENNY SETIAWAN, Banjarbaru

Advertisement
Koran Banjar
Scroll ke bawah untuk melanjutkan

Putra Qomaluddin Attar Nuriqli adalah seorang putra asli Banjarmasin. Dia sempat lama merantau di kota Yogyakarta sebagai mahasiswa. Ini merupakan awal perjalanannya menggeluti usaha di bidang percetakan.

Pergaulan semasa kuliah, kegiatan kemahasiwaan dan organisasi telah menariknya ke dunia cetak, desain grafis, sablon dan digital printing.  Akhir Januari 2015. Semasa kuliah banyak kegiatan yang dia geluti di berbagai organisasi. Seiring dengan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya, bagian publisitas/promosi kegiatan dan sponsorship.

“Dari sana saya mempelajari bebagai bentuk media even yang dipakai, baik itu cetak, sablon, atau digital printing. Banyak kegiatan yang menggunakan media tersebut, dan menjadi tanggung jawab saya dalam pengawasan produksi dan memastikan selesai sesuai waktu yang ditentukan dan hasil yang diinginkan,” ungkapnya kepada media online koranbanjar.net.

Mulai situ terjalin kedekatan dengan vendor. Adapun perjalanan dari bahan mentah menjadi barang jadi, akhirnya dia ketahui dan pelajari satu persatu. Dengan modal networking dan kepercayaan, dia sering berkutat dalam urusan desain hingga urusan produksi. Tentunya dengan perhitungan harga yang kompetitif, tidak mencekik.

“Saya banyak memangkas biaya produksi, menjadi lebih hemat dan cepat. Bahkan kadang berburu bahan kain sisa yang bisa dimanfaatkan menjadi kaos. Ini juga saya lakukan pada material kertas, dari kertas sisa,  saya dapatkan banyak ukuran yang dimanfaatkan menjadi ukuran yang diinginkan,” kenangnya.

Berawal dari situ, bisnis kecil-kecilan pun mulai berjalan, skill desain grafis mulai meningkat seiring dengan permintaan dan bantuan teman-temannya dari jurusan advertising dan dasar desain grafis yang diberikan di pelajaran kuliah. “Momen semester pendek yang tidak saya ikuti, saya manfaatkan untuk menjadi sukarelawan di tempat vendor kenalan, dengan kompensasi makan siang dan ilmu yang didapatkan. Hal itu sudah sangat berharga bagi saya sebagai mahasiswa dari luar Yogyakarta,” kisahnya.

Kemudian, lanjut kisah Ketua BPC HIPMI Kabupaten Banjar ini, ketika pulang libur semester ke Banjarmasin, pada hari raya Idul Fitri, dia melihat sebuah peluang bisnis yang menjanjikan di Banjarmasin. Karena saat itu, perusahaan cetak di Banjarmasin sangat sedikit, rentang harga jasa percetakan masih lebar dengan margin yang menjanjikan.

“Ada keinginan saya untuk menawarkan jasa produksi kepada mereka untuk membuka percetakan di Banjarmasin. Tentunya kepada mereka yang tidak memiliki mesin cetak offset besar atau ukuran mesin cetak tertentu. Saya tawarkan makloon yang pada saat itu merupakan profesi yang sangat jarang di Banjarmasin,” ujarnya.

Dengan modal yang seadanya, jelas Qamal, dia mulai mendirikan usaha di rumah di Banjarmasin, dibantu distribusi saudara dan rekan ke tempat pemesan. Dengan adanya penerbangan yang direct langsung ke Banjarmasin dari Yogyakarta sangat membantu mempercepat distribusi, sehari sampai melalui kerjasama cargo yang dibangun. Tidak lain berkaitan dengan budget rekanan, ada juga yang minta melalui ekspedisi.

“Saya menerima banyak permintaan yang biasanya tidak bisa dilakukan di Banjarmasin, dan waktu kerja yang mepet karena antrian cetak dan proses finishing di Banjarmasin. Produksi yang saya lakukan adalah one post production, dari pembelian kertas, pengantaran ke tempat cetak, potong, finishing laminasi, pond, hot print. Sedangkan di Banjarmasin masih jarang sekali proses finishing tersebut, kalauada pun, antri juga. Pasar menjadi menarik, dan nama saya pun mulai dikenal di kalangan pengusaha percetakan di Banjarmasin,” bebernya.

Dengan modal laptop dan handphone, dia lakukan pekerjaan dengan menerima e-mail job order dari rekanan di Banjarmasin. Setting file, lalu mengantar ke tempat film dan dilanjutkan pada proses cetak. Koordinasi dengan rekanan via mobile sangat efektif. Selama empat tahun begitu terus hingga sampailah waktunya dia harus pulang ke Banjarmasin karena telah selesai kuliah di Yogyakarta.(bersambung)

 

Protes RUU Anggota Parlemen Menari Perang Prabowo Ajak Puasa 5 Tahun KPK Lelang Barang Koruptor Gus Miftah Meminta Maaf Gus Miftah Ejek Penjual Es Teh