Wali Allah memiliki tingkatan yang berbeda-beda, salah satu tingkatannya seseorang tidak menyadari dirinya sebagai wali Allah, namun wali Allah yang lain mengetahui bahwa, dia adalah seorang wali Allah. Hal demikian dialami seorang sopir bernama Mukhsin, yang teryata disebut Kyai Hamid Pasuruan bahwa dia adalah wali Allah. Begini kisahnya.
Ini merupakan kisah nyata Mukhsin, seorang sopir jadi waliyullah. Beliau sebelum menjadi pengasuh pondok pesantren dengan jumlah santri ribuan adalah sopir pribadi seorang juragan di Malang.
Suatu hari Mukhsin diminta majikannya yang bermukim di Bululawang, untuk mengantarnya ke Pasuruan. Majikannya mau berkunjung ke kediaman salah satu kiai besar yang sudah kesohor derajat kewaliannya.
BACA JUGA ; Kisah Hikmah (2); Seekor Gagak Beri Makan Korban Perampokan yang Terikat
Sebagai sopir yang baik dan rajin bekerja, Mukhsin mengantar sang majikan. Menempuh perjalanan sekitar satu jam, akhirnya mereka sampai di pondok pesantren Kyai Hamid bin Abdullah bin Umar.
Mukhsin tak mengantar majikannya masuk ke dalam ruang tamu sang Kyai. Sebab sebagai seorang sopir, ia merasa sebaiknya menunggu sang majikan di luar saja.
Ternyata Kyai Hamid tak mau menerima majikannya jika Mukhsin tak diajak masuk ke ruang tamu. Akhirnya sang majikan menghampiri Mukhsin dan memintanya ikut masuk.
“Kyai Hamid tidak mau menerima kedatanganku, kalau kamu tidak ikut masuk,” ujar sang majikan kepada Mukhsin.
BACA JUGA ; Kisah Hikmah (26); Awal Cinta Sayyidina Ali Terpaut dengan Fatimah Azzahra
Mukhsin pun heran. Ia bertanya dalam hati, “Kenapa Kyai itu tidak mau menerima majikanku, kalau aku tidak ikut ke dalam?”
Akhirnya Mukhsin ikut masuk ke ruang tamu. Barulah Kyai Hamid menyambut sang majikan dan dirinya dengan hangat.
Saat mengobrol, tiba-tiba Kyai Hamid bertanya kepada Mukhsin amalan-amalan apa yang dijalaninya selama ini.
Mukhsin menjawab, ia hanya menjalani berbagai amalan yang dilakukan oleh masyarakat pada umumnya.
“Tadi kenapa Kyai menolak kedatangan saya, ketika saya masuk sendirian ke kediaman Anda? Dan Anda bilang tidak akan menerima kedatangan saya apabila tidak mengajaknya (sopir) juga?,” tanya sang majikan.
“Anak ini akan jadi wali dan akan memiliki pondok pesantren yang besar. Saya sudah melihat tanda-tandanya. Makanya saya menolak kedatanganmu kalau tak kamu ajak sang wali,” ujar Kyai Hamid menjelaskan.
BACA JUGA ; Kisah Hikmah (24); Mengenal Said bin Zaid Radhiallahu ‘Anhu
Mukhsin pun tersenyum dan sedikit menundukkan kepalanya karena malu mendengar alasan Kyai Hamid tersebut. Ia sendiri tak pernah mengetahui kalau ia akan menjadi seorang waliyullah.
Bahkan sang majikan kaget bukan kepalang mendengar pernyataan Kyai Hamid tentang masa depan sopir pribadinya tersebut.
Sejak kisah ini menyebar ke berbagai pelosok, maka satu persatu para orangtua mengirimkan anak-anaknya kepada Kyai Mukhsin untuk belajar agama Islam. Semula hanya lima murid dan bertempat di mushala dekat rumah majikannya.
Namun semakin lama, kewalian Kyai Mukhsin terdengar di berbagai daerah akhirnya makin banyak santri belajar kepada beliau.
Lalu berdirilah Pondok Pesantren Al-Maqbul yang terletak di daerah Bululawang, Kabupaten Malang.
Setahun kemudian santrinya mencapai 100. Lambat laun jumlah santrinya terus bertambah hingga saat ini jumlah santrinya mencapai sekitar sepuluh ribuan anak.
Seperti dilansir Muslim Moderat, mengutip dari FP Cerita Nyata Para Wali , Al Ba’alawi dan Ulama, Senin (28/10/2019), rupanya Kiai Mukhsin menjadi waliyullah bermula dari seorang sopir yang selalu takut kepada Allah di manapun berada. Beliau juga tak pernah meninggalkan salat lima waktu.(okezone.com)