Tak Berkategori  

Kisah Dokter Kehilangan 3 Keluarga Akibat Covid-19 (III)

Saya menelepon ambulans untuk menjemput jenazah beliau serta pemulasaran dengan APD level 3 berdasarkan protokol Covid-19. Walaupun jenazah ibu masih berstatus ODP, saya tetap khawatir menular ke keluarga dan warga sekitar jika kemudian hari hasil PCR-nya positif.

Saya tidak bisa mengantarkan jenazah ibu ke pemakaman karena pada waktu yang sama saya harus mengantar ayah ke IGD. Berdasarkan hasil pemeriksaan darah dan rontgen, ada pneumonia di paru ayah saya yang khas ke arah Covid-19.

Ayah kemudian harus diisolasi. Faktor usia 78 tahun disertai kondisi lemah dan saturasi oksigen 85, membuat ayah harus didampingi sampai ke ruang isolasi. Akhirnya saya dan keponakan saya ikut masuk ke ruang isolasi menemani ayah.

Jumat, 15 Mei 2020

Jumat tanggal 15 Mei adalah hari kesembilan saya, ayah dan keponakan saya menjalani isolasi di RS. Pada saat masuk ruang isolasi, saya dan keponakan saya juga menjalani pemeriksaan rontgen paru, dan hasilnya normal.

Pada hari kedelapan di ruang isolasi, saya mulai merasakan dada bagian bawah kiri dan kanan saya pegal. Saya dan keponakan kemudian dirontgen ulang. Hasilnya, mulai muncul pneumonia di paru-paru saya. Saya mulai merasakan sedikit sesak nafas. Saya akhirnya diberikan obat antivirus.

Sabtu, 16 Mei 2020, Pukul 02.40 Wita

Ayah kami berpulang ke Rahmatullah. Statusnya positif Covid-19. Pemulasaran jenazah otomatis sesuai protokol Covid-19. Saat pemakaman ayah, saya juga tidak bisa mengantarkan jenazahnya ke liang lahad. Ayah dimakamkan bersebelahan dengan makam ibu dan kakak.

Hasil Pemeriksaan PCR Perlu 10 Hari Kerja

Walaupun kakak, ibu, ayah dan keponakan saya sudah menjalani rapid test dan hasilnya non reaktif atau negatif, namun hal tersebut ternyata berbeda dengan hasil PCR mereka yang dinyatakan positif. Kemungkinan hal itu disebabkan karena saat rapid test, infeksinya masih baru, sehingga belum terbentuk antibodi dalam darah.

Dalam hal memastikan status ODP atau PDP bagi warga terindikasi Covid-19, hasil swab apakah positif atau negatif memerlukan waktu lama hingga 10 hari kerja. Itu karena laboratorium pengujian di Banjarbaru mengalami overload (pemeriksaan 300 sampai 500 sampel per hari untuk wilayah Kalsel dan Kalteng). Bahkan saat tulisan ini dibuat, ada 2.500 sampel yang menunggu untuk diperiksa.

Rabu, 3 Juni 2020, Pukul 15.00 Wita

Sampai saat ini keponakan kami masih berada di ruang isolasi tanpa gejala (OTG). Hasil swab PCR-nya yang keempat masih positif. Seandainya tidak dilakukan pemeriksaan swab PCR, mungkin dia akan dianggap seperti orang sehat yang tidak terinfeksi Covid-19. Jika tidak diisolasi, maka dia akan sangat potensial menularkan Covid-19 ke orang lain. Mungkin ada banyak orang-orang tanpa gejala seperti keponakan saya di luar sana yang tidak terdeteksi karena tidak diperiksa rapid test.

Positif Covid-19 bukan aib bagi keluarga kami

Keputusan kami membuka informasi seluasnya terkait hasil PCR dari swab yang positif ke khalayak umum supaya orang-orang yang pernah kontak dengan keluarga kami waspada dan segera melaporkan diri ke dinas kesehatan atau satgas Covid-19. Dengan begitu kita dapat mengetahui kondisi kesehatan dan mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan akibat gejala penyakit yang mungkin akan muncul beberapa hari kemudian. Selain itu, hal tersebut juga untuk memutus mata rantai penyebaran virus corona.

Memang tidak mudah karena tidak semua orang yang mengetahuinya dapat menerima dengan pemahaman positif. Namun, dengan keputusan ini kami berharap dapat menyelamatkan nyawa orang lain.

Virus ini nyata. Ia sangat berbahaya dan mudah menular melalui droplet atau benda-benda yang terkontaminasi oleh droplet maupun cairan tubuh penderita Covid-19. Penyakit ini bisa tanpa gejala sama sekali, tetapi dapat juga bergejala berat dan bahkan merenggut nyawa penderitanya yang berusia lanjut, berdaya tahan tubuh lemah, atau sudah memiliki penyakit lain.

Tindakan pencegahan sangat penting karena sampai saat ini belum ada obat atau vaksin yang secara spesifik dapat mengobati infeksi Covid-19. Kita semua berkewajiban memutus mata rantai penyebaran Covid-19 melalui berbagai upaya seperti melaksanakan protokol kesehatan, tidak keluar rumah kecuali terpaksa, selalu memakai masker, menjaga jarak aman atau social distancing, menghindari kerumunan, dan tidak memasuki area zona merah.

Edukasi pada masyarakat tidak hanya sebatas pengetahuan mencegah Covid-19, tetapi juga bagaimana cara penularannya. Itu sangat diperlukan sebagai pengetahuan untuk melindungi diri dan persiapan psikologis saat menghadapi Covid-19. Lebih dari itu, edukasi tentang penularan corona juga penting untuk meredam kemungkinan adanya tindakan masyarakat yang berlebihan menyikapi orang yang sedang melakukan isolasi mandiri di rumah.

Peran ketua RT, RW sangat penting dalam mengedukasi masyarakat

Kiranya perlu dibuat standar operasional prosedur (SOP) penanganan Covid-19 di tingkat RT dan RW sebagai langkah konkret pencegahan Covid-19 di lingkungan warga, seperti halnya SOP mengantar warga yang dicurigai menderita Covid-19 yang masih berada di rumah, SOP isolasi mandiri di rumah, SOP penanganan jenazah warga di rumah yang dicurigai meninggal karena Covid-19, dan lainnya.

Dalam hal ini, ketua RT dan RW perlu diberikan pendidikan dan pelatihan singkat agar mereka dapat berperan sebagai ujung tombak dalam upaya promotif dan preventif penanganan Covid-19 di masyarakat.

Bagi yang mendapatkan cobaan seperti keluarga kami, janganlah berkecil hati. Bersabar, berdoa dan berikhtiar merupakan langkah terbaik yang bisa dilakukan. Kita tahu bagaimana kesabaran Nabi Ayyub AS saat menghadapi cobaan penyakit yang ia derita. Namun, kemudian Allah SWT angkat penyakitnya dan menggantinya dengan sesuatu yang lebih baik.

Kami harap sharing pengalaman ini bermanfaat untuk mencegah penyebaran Covid-19. Jiwa kalian sangat berharga bagi keluarga dan orang-orang terdekat yang menyayangi kalian. Wassalamu’alaikum Wr. Wb. (*)

Baca sebelumnya:

Kisah Dokter Kehilangan 3 Keluarga Akibat Covid-19 (I)

Kisah Dokter Kehilangan 3 Keluarga Akibat Covid-19 (II)