Walaupun almarhum kakak saya berstatus PDP, saya serahkan kepada petugas RS untuk pemulasaran jenazah sesuai protap Covid-19. Saya khawatir akan menular ke warga dan keluarga apabila saya bawa pulang ke rumah. Saya informasikan ke warga dan tetangga serta keluarga kalau alhmarhum tidak ke rumah duka, tolong salat Gaib saja untuk jenazah kakak.
Akhirnya kakak dimakamkan di pemakaman yang disediakan Pemerintah Kota Banjarmasin khusus bagi korban pandemi Covid-19. Seandainya saya bawa pulang ke rumah, dimandikan dan di salatkan seperti jenazah biasa oleh tetangga dan keluarga, saya tidak bisa membayangkan berapa banyak yang akan tertular.
Sejak kakak saya meninggal, ayah dan ibu saya sudah mulai sakit-sakitan. Saya kemudian lebih sering berada di rumah beliau untuk menghibur sekaligus merawat beliau berdua. Saya sudah bawa koper serta pamit kepada isteri dan anak-anak saya. Saya katakan kemungkinan besar akan masuk ruang isolasi dalam waktu lama. Saya berdoa kepada Allah semoga saya bisa kembali lagi berkumpul dengan mereka dalam keadaan sehat.
Selasa, 5 Mei 2020
Ternyata betul, hasil pemeriksaan polymerase chain reaction (PCR) dari swab almarhum kakak positif Covid-19 dan baru keluar pada 5 Mei, 3 hari setelah beliau meninggal. Hasil itu berdasarkan informasi dari RS yang merawat kakak, sedangkan informasi dari puskesmas yang kami terima tanggal 6 Mei. Sempat terjadi gejolak warga di sekitar rumah orangtua saya setelah mengetahui bahwa almarhum kakak meninggal karena terinfeksi Covid-19. Rumah kakak dan orang tua saya berjarak sekitar 300 meter saja.
Begitu mengetahui hasil swab almarhum kakak positif, saya berinisiatif memeriksa diri dengan rapid test. Saya memperolehnya pada 5 mei malam atas bantuan pihak RS tempat saya bekerja. Rapid test saya bawa pulang untuk memeriksa ayah, ibu, dan keponakan di rumah orangtua saya. Saya juga memeriksa istri saya di rumah saya. Hasil rapid test kami semua adalah negative atau non reaktif. Isteri almarhum Kakak langsung melakukan isolasi mandiri sambil menunggu pemeriksaan rapid test dari dinas kesehatan.
Rabu, 6 Mei 2020
Walaupun rapid test negatif pada 6 mei, keluarga kami mendapat kesempatan untuk pemeriksaan swab PCR dari RS tempat saya bekerja, dan hasilnya keluar 10 hari kemudian , 15 mei 2020.
Ibu saya bergejala sesak nafas walau beliau tidak pernah bilang. Saya tahu dari frekuensi nafas serta otot bantu pernafasan yang bekerja tampak nyata oleh saya. Ayah saya bergejala demam tinggi dan badah lemas. Saya kemudian berinisiatif membawa mereka ke RS.
Saya sudah kontak dengan pihak RS tempat saya bekerja untuk disiapkan 4 tempat tidur di ruang isolasi untuk kami berempat. Akan tetapi ibu saya menolak. Saya hanya bisa memberi obat-obat minum untuk mereka di rumah serta oksigen untuk ibu saya.
Kamis, 7 Mei 2020, Pukul 04.00 Wita
Ibu saya wafat di rumah dalam status ODP. Saya menelepon… (Bersambung)
Baca sebelumnya: Kisah Dokter Kehilangan 3 Keluarga Akibat Covid-19 (I)