Meski usianya masih muda Aisya Nur Fadilah (8) sudah mampu menorehkan prestasi membanggakan pada ajang olahraga beladiri tingkat nasional. Namun dibalik raihan itu, ada kisah yang memilukan, dimana saat bertanding dirinya tidak didampingi official, bahkan untuk bisa berangkatan pun, sang orangtua sempat ingin berhutang untuk biaya sang buah hati, karena menggunakan dana pribadi.
HULU SUNGAI TENGAH, koranbanjar.net – Aisya Nur Fadilah berhasil mengharumkan nama Kabupatennya sendiri pada ajang olahraga beladiri tingkat nasional.
Hal tersebut dibuktikannya saat mengikuti kegiatan Festifal Olahraga Rekreasi Nasional (FORNAS), di Provinsi Sumatera Selatan dengan meraih predikat sebagai juara dua, dan berhak membawa medali perak.
Namun dibalik prestasi yang ditorehkanya tersebut, ada kisah yang memilukan sebelum sang bocah berlaga.
Dari informasi yang didapat koranbanjar.net melalui orang tua Aisya, Haris Fatahillah, keberangkatan Aisya ke Sumatera Selatan ternyata tanpa didampingi official Kabupaten, dan juga orang tuanya, bahkan ironisnya biaya keberangkatan pun dari keluarga dan orang-orang terdekat saja, tanpa ada biaya dari Pemerintah Daerah.
“Aisya tidak didampingi official Kabuapten dan orang tua, namun keberangkatan Aisya satu rombongan dengan atlet lain dan saya amanatkan agar dia dijaga, kebetulan juga kakanya Aisya yang juga merupakan atlet karate ikut serta dalam rombongan tersebut,” ujarnya.
Diungkapkannya lagi, alasan Pemerintah Daerah tidak bisa memberikan dana ialah, dana hibah untuk Kormi belum keluar.
“Kita berangkat saja tidak dikasih uang saku oleh Kormi Kabupaten,” cetusnya.
Sebelum berangkat pihak orangtua juga telah menyampaikan kepada Sekda Hulu Sungai Tengah dan tetap tidak ada reaksi.
“Bahkan saya terpaksa harus berkata, saya hutang dulu atas nama pribadi sama bapak” ungkap ayahandanya Aisya.
Setelah kabar beredar bahwa atlet belia asal Kabupaten Hulu Sungai Tengah menyabet medali perak pada kegiatan tersebut, sepertinya tidak mendapat respon baik dari Pemerintah Daerah setempat.
“Tidak ada respon, tidak ada tanggapan dari Pemerintah Daerah bahwa gadis kecil yang mengharumkan nama Bumi Murakata di kancah Nasional,” tambah Haris Fatahillah.
Selama ini yang memperhatikan sang bocah ialah para guru-guru dimana ia bersekolah, dan juga Pembakal di Desa tempat tinggal mereka.
(mdr/slv)