Jangan malu menjadi petani pada sektor pertanian. Bahkan, kaum milenial merupakan salah satu kunci sukses sektor pertanian di masa depan.
BALAIKPAPAN, koranbanjar.net – Hal demikian disampaikan Kepala BPPSDMP Dedi Nursyamsi saat kunjungan kerja mewakili Menteri Pertanian menghadiri Undangan Hari Olah Raga Nasional di Balikpapan, belum lama tadi.
P4S Nasda diketuai Muhammad Hairul Huda dengan Sekretaris Gushai yang dikelola kelompok milenial.
Gushai adalah salah seorang petani milenial hodroponik. Saat ini dia mampu memanen setiap minggu dengan omset Rp40 juta per minggu di lahan pertanian Kecamatan Samboja.
“Kami memiliki lumbung pupuk organik sebagai pupuk organik untuk usaha tani yang ada, tapi belum menyebar, masih sebagai keperluan sendiri,” ujar Gushai.
“Kami berharap kepada BBPP Binuang selaku Pembina, dapat memfasilitasi kami dengan berbagai pelatihan yang mendukung pengolahan pupuk organik, pelatihan solusi pupuk dengan organik juga manajemen pakan,” harapnya.
Dedi Nursyamsi dalam sambutan menyampaikan pentingnya menggunakan pupuk organik dalam pertanian.
“Solusi pupuk yang mahal perlu kita tingkatkan, efisiensi pemupukan dengan menggunakan pupuk berimbang pupuk organik (kompos) dan pupuk hayati (micro hayati lokal),” katanya.
Lebih lanjut, petani harus memiliki ilmu pemupukan, perlu meningkatkan cara produksi dengan fertigasi dengan menggunakan sistem grativikasi, sehingga lebih efesien.
“Sekarang pupuk mahal, gunakan pupuk organik. Kotoran sapi banyak mengandung nitrogen, pupuk kandang dari kotoran ayam dan kambing banyak mengandung kalium,” tambah Dedi.
Di waktu yang berbeda, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan, sebagai gambaran kebutuhan pupuk nasional mencapai 24 juta ton. Sementara yang tersedia saat ini hanya senilai 9 juta ton. Dari sekian banyak pupuk bahan utama adalah unsur fosfat yang sebagian besar dari Rusia Ukraina.
“Pupuk memang bukan langka, tapi kurang. Oleh karena itu, kita harus bekerja lebih keras dan berinovasi serta cermat dan cepat menanggapi berbagai masalah dalam berusaha tani,” ucapnya.
Sementara itu pula, Kepala BBPP Binuang Yulia Asni Kurniawati menyatakan, para penyuluh yang sudah memiliki pengetahuan dalam kegiatan TOT untuk PPL sec virtual untuk mengatasi mahalnya pupuk dengan membuat pupuk organik dari agensia hayati, biochar, kotoran hewan, ameliorasi, mol dan kompos.
Setelah dilatih, Penyuluh Pertanian diminta agar membuat pupuk untuk memecahkan masalah kekurangan pupuk.(agus/koranbanjar.net)