Sungguh ironis, demikian yang dirasakan sejumlah pedagang di Pasar Bauntung Kota Banjarbaru yang berjualan di RO Ulin, Loktabat. Pasalnya, sudah hampir setahun ini mereka pindah ke lokasi pasar yang baru, sepanjang itu pula berjualan sangat sepi. Sementara mereka dibebani sewa toko oleh pemerintah sebesar Rp405.000 per bulan.
BANJARBARU, koranbanjar.net – Sudah hampir satu tahun pedagang direlokasi dari Pasar Banjarbaru yang lama ke Pasar Bauntung yang baru di Jl RO Ulun. Sepinya pembeli membuat pedagang tidak betah berjualan di pasar yang baru.
Seorang pedagang sembako di Pasar Bauntung Banjarbaru asal Jl Amaco, Endang (52) kepada koranbanjar.net, Kamis (24/12/2021) dinihari bercerita, selama hampir satu tahun ini Pasar Bauntung yang baru masih kalah ramai dari Pasar Bauntung yang lama.
Sebelumnya ia berjualan di Pasar Bauntung yang lama selama hampir sepuluh tahun, berjualan dari pagi hingga malam. Semenjak pindah, banyak pedagang sembako termasuk ia memilih pulang siang, karena sepi.
“Enak di pasar yang lama, soalnya banyak langganan saya di sana,” ucapnya.
“Pasar ada banyak, logikanya orang pasti datang ke pasar yang dekat rumah. Lagian harganya juga sama buat apa jauh-jauh ke sini kan? Kalau di pasar yang dulu lokasinya strategis, transportasinya lebih mudah, kita naik taksi aja terus tinggal jalan sedikit,” tambahnya.
Menurut dia, hampir 100 % pedagang menolak keras pemindahan. Ditambah lagi dengan harga sewa yang lebih mahal. Pedagang harus membayar sewa toko seharga Rp405 ribu per bulan dengan ukuran toko 3×3 meter persegi.
“Maunya kami semua saat itu, pasarnya diperbaiki saja,” ungkapnya.
Tak semua pedagang Pasar Bauntung yang lama pindah ke Pasar Bauntung yang baru, masih ada pedagang yang berjualan dikarenakan toko milik pribadi bukan milik pemerintah. Sehingga mereka tak harus pindah ke Pasar Bauntung yang baru seperti pedagang lainnya.(magang02/sir)
