Virus corona atau corona virus disease 2019 (Covid-19) di Kalimantan Selatan masih sulit dibendung. Padahal berbagai upaya telah dilakukan pemerintah setempat. Termasuk pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang saat ini tengah berlangsung di Banjarmasin, Kabupaten Banjar, Barito Kuala, dan Banjarbaru. Namun ironis, jumlah masyarakat terinfeksi corona di Kalsel hingga kini justru kian meningkat setiap harinya.
BANJARMASIN, Koranbanjar.net – Dosen Epidemiologi Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Banjarmasin, Husaini, menilai cepatnya penyebaran Covid-19 di Kalsel karena beberapa faktor, di antaranya perilaku masyarakat yang tidak disiplin mematuhi protokol kesehatan pemerintah.
Pria kelahiran Tabalong, 16 Juni 1966 itu melihat, belum berubahnya perlilaku masyarakat tersebut karena pemerintah kurang disiplin mensosialisasikan pencegahan Covid-19.
Kemudian, faktor lain yang menyebabkan tingginya kasus virus corona di Kalsel juga dipengaruhi optimal atau tidaknya kinerja Satgas Covid-19 di daerah masing-masing, peran serta masyarakat, kualitas dan kuantitas sarana pelayanan kesehatan, kemampuan sumber daya manusia (SDM), serta kondisi kebersihan lingkungan sekitar.
Selain sejumlah faktor itu, hal lain yang menyebabkan sulitnya memutus mata rantai penyebaran Covid-19 di Kalsel karena penanganannya tidak melibatkan kaum intelektual berbasis epidemiologi maupun ahli kesehatan masyarakat.
“Pemerintah di Kalsel harus mempelajari ini, dan melibatkan para epidemiolog. Akan sangat sulit memahami pandemi ini tanpa epidemiologi. Inilah yang membuat kasus (positif corona) selalu ada setiap hari,” ujar Profesor Ilmu Kesehatan Masyarakat jebolan UGM itu.
Sebagai contoh, disebutkan Husaini, dalam hal pemahaman tracing atau pelacakan kasus Covid-19 di masyarakat. “Siapa yang melakukan tracing. Sejauh mana kompetensi petugas tracing, alat dan metode apa yang digunakan, pada level berapa tracing yang dilakukan. Lalu kapan antara waktu dilakukan tracing dengan kasus positif dan suspect. Apa yang dilakukan setelah ditemukan orang yang suspect,” katanya.
Sedangkan terkait faktor penyebab cepatnya penyebaran Covid-19 di Kalsel yang telah ia sebut di awal, Ketua Prodi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat FK ULM itu menganjurkan 6 hal. Pertama, pemerintah daerah harus memiliki pemimpin atau tokoh hebat yang berperan sebagai rule model bagi masyarakat dalam pencegahan Covid-19. “Jadikan dan buat model itu sebanyak-banyaknya,” ucapnya.
Kedua, koordinasi antar pemerintah perlu dievaluasi kembali. Ketiga, upaya pencegahan yang dilakukan harus banyak melibatkan masyarakat seperti tokoh agama, intelektual, peneliti dan pihak lainnya.
Info Grafis 5 Klaster Corona di Banjarmasin
Keempat, aksi memerangi Covid-19 di Kalsel harus bombastis dan radikal. Kelima, Gubernur harus menginstruksikan pemerintah daerah di seluruh kabupaten atau kota di Kalsel agar melaksanakan PSBB secara konsisten, terukur serta evaluasi yang real time.
Terakhir, harus bisa merubah perilaku masyarakat agar disiplin mematuhi protokol kesehatan. Langkah yang dilakukan bisa dengan cara persuasif seperti imbauan atau penyuluhan. Jika itu tidak efektif, maka cara selanjutnya adalah tindakan tegas sesuai aturan berlaku. (ags/dny)