Ditengah situasi pandemik covid-19 salah satu bisnis terdampak dan mengalami penurunan, diantaranya sektor pariwisata. Terobosan baru digiatkan BBPP Binuang membangun agro edu wisata integrating farming, sebagaimana harapan Menteri Pertanian dan arahan Presiden RI.
TAPIN,koranbanjar.net – Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, berkomitmen menindaklanjuti arahan Presiden Jokowi menciptakan berbagai peluang bisnis berbasis agro.
Tidak kurang 100 Agro Edu Wisata diharapkan dapat dibangun ditahun 2020.
Agro Edu Wisata menjadi penting, diantaranya sebagai alternatif upaya diversifikasi atau pemulihan perekonomian dampak covid-19, sebagai proses pembelajaran dan penumbuhan kecintaan terhadap sektor pertanian.
Dapat dikembangkan oleh siapapun dengan mengedepankan setiap budi daya baik tanaman hortikultura, perkebunan, tanaman pangan, hingga peternakan, dan perikanan.
Dalam arahannya Dedi Nursyamsi kepada kepala UPT lingkup BPPSDMP, agar setiap UPT mengembangkan agroeduwisata sebagai sarana pembelajaran dan meningkatkan kecintaan kaum milenial dan usia dini terhadap pertanian.
Dibawah kepemimpinan Yulia Asni Kurniawati, Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Binuang terus berupaya merubah wajah lahan praktek dan lingkungan kampus.
Agar tertata rapih, indah, sejuk, nyaman bagi para pengunjung dan peserta pelatihan.
Seperti setiap hari dikala sore hari, sabtu dan minggu banyak masyarakat sekitar berkunjung guna berfoto ria, berjoging, bersantai sambil menikmati kuliner di cafe IA Binuang serta bersepeda berkeliling kampus menikmati keindahan dan kesejukan kampus.
Selain menawarkan keindahan, kenyamanan dan kesejukan, lingkungan kampus BBPP Binuang, para pengunjung juga bisa mendapatkan pembelajaran cara berbudidaya pertanian terpadu berbasis zero waste.
Seperti budidaya padi, sayuran, jagung, kedele, kacang-kacangan, kakao, karet, sawit, beternak ikan, sapi, dan itik mojosari dan alabio.
Limbah tanaman seperti batang dan daun jagung, jerami padi dan batang kedele dan jerami diolah menjadi pakan sapi. Kotoran ternak sapi dan itik diolah menjadi kompos.
Adapula percontohan urban farming (hidroponik) maupun model rumah pangan lestari dan aquaponik yaitu berbudidaya ikan berintegrasi dengan tanaman sayuran (terong dan tomat) maupun budidamber (budidaya ikan dalam ember yang diintegrasikan dengan tanaman sayuran) berbasis zero waste.
“Pengunjung juga bisa mempelajari cara mengembangbiakkan agensia hayati untuk menumbuhkan pemahaman kepada milenial agar berusahatani yang ramah lingkungan,” papar Yulia Asni Kurniawati. (bbppbinuang/dya)