Scroll ke bawah untuk melanjutkan
Koran Banjar
Nasional

Fakta Menarik di Museum Lubang Buaya, Saksi Bisu Tragedi G30S PKI

Avatar
1055
×

Fakta Menarik di Museum Lubang Buaya, Saksi Bisu Tragedi G30S PKI

Sebarkan artikel ini
Petugas membersihkan area Monumen Pancasila Sakti di Lubang Buaya, Jakarta Timur, Rabu (30/9/2020). (Sumber Foto: ANTARA FOTO/Asprilla Dwi Adha)

Membicarakan peristiwa Gerakan 30 September yang dilakukan Partai Komunis Indonesia atau lebih dikenal dengan G30S PKI tentu tidak bisa terlepas dari kekejaman yang terjadi di Museum Lubang Buaya.

JAKARTATIMUR, koranbanjar.net Wisata sejarah Monumen Panasila Sakti ini terletak di Jalan Monumen Pancasila Sakti, Lubang Buaya, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur.

Advertisement
Koran Banjar
Scroll ke bawah untuk melanjutkan

Menyimpan kenangan kelam kekejaman pembunuhan pada perwira TNI AD kala itu, saat ini Lubang Buaya telah disulap menjadi tempat wisata yang buka setiap hari mulai pukul 09.00 sampai 21.00 WIB. Untuk mengunjungi tempat bersejarah ini, Anda hanya perlu membayar Rp5 ribu.

Tertarik untuk mengetahui lebih lanjut tentang Museum Lubang Buaya? Dirangkum dari berbagai sumber, simak fakta-fakta menariknya berikut!

1. Sejarah Nama Lubang Buaya

Dikutip dari penelitian yang dilakukan Aqiilah Afiifadiyah Rahman dan Jumardi, dulunya daerah Lubang Buaya adalah rawa yang terdapat kali berisi buaya.

Tidak hanya buaya asli, di sini dikenal juga adanya siluman buaya putih.

Namun, kehadiran buaya itu diatasi oleh seorang ulama bernama Pangeran Syarif. Sejak saat itulah, tempat tersebut berubah nama menjadi Lubang Buaya.

Warga sekitar kemudian menyebut Pangeran Syarif sebagai Datok Banjir karena dipercaya memiliki kemampuan sakti.

2. Saksi bisu kekejaman pada perwira

Di dalam museum ini, terdapat sumur tua yang menjadi saksi bisu kekejaman PKI kala itu usai membunuh lalu membuang 7 Pahlawan Revolusioner RI yaitu Letjen Ahmad Yani, Mayjen HT Haryono, Brigjen DI Pandjaitan, Mayjen R Suprapto, Lettu Pierre Tendean, Mayjen S Parman, dan Brigjen Sutoyo Siswomiharjo.

3. Sumur tertutup dedaunan kering

Saat ditemukan pada 4 Oktober 1965, sumur dengan kedalaman 15 meter ini tertutup dedaunan kering. Oleh karenanya, tidak ada yang mengira ada tumpukan mayat di sana.

Dibutuhkan waktu sekitar empat jam untuk menggali sumur dan mengeluarkan semua mayat yang ada di dalamnya.

4. Bukan sumur buatan PKI

Meski anggota PKI yang meletakkan mayat tersebut ke dalam sumur, nyatanya sumur itu bukanlah buatan mereka dan sudah ada di sana jauh sebelum PKI datang ke Lubang Buaya.

5. Pusat pelatihan PKI

Dilansir dari Ensiklopedia Universitas Muhammadiyah Semarang, saat terjadinya peristiwa G30S PKI, Lubang Buaya merupakan pusat pelatihan PKI. Namun saat ini, tempat tersebut sudah menjadi wisata sejarah.

Selain sumur, di Museum Lubang Buaya ada juga mobil-mobil tua peninggalan masa revolusi, Pos Komando, Rumah Penyiksaan, Museum Pengkhianatan PKI (Komunis), dapur umum, dan Monumen Pancasila Sakti. (koranbanjar.net)

Sumber: Suara.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Protes RUU Anggota Parlemen Menari Perang Prabowo Ajak Puasa 5 Tahun KPK Lelang Barang Koruptor Gus Miftah Meminta Maaf Gus Miftah Ejek Penjual Es Teh