Kerutan wajah dengan mimik sedih terlihat pada peserta kajian akhir tahun di gedung MCI Tanah Bumbu. Mereka tengah menyaksikan slide yang menayangkan film dokumenter tentang penderitaan muslim Uighur. Sesekali adapula di antara mereka yang terlihat sedang menahan amarah. Betapa tidak, sebagai saudara se-akidah tentu merasakan hal yang sama dengan apa yang dialami saudaranya di Xinjiang China.
ABDURRACHMAN LEONSYAH, Tanah Bumbu
Acara Mabit bersama Muslim Hijrah Tanah Bumbu, Minggu (31/12/2018) lalu telah menghadirkan penceramah Ustad Aditya. Dalam ceramahnya,Ustad Aditya tampak berapi-api menyampaikan keprihatinan terhadap kaum muslimin di Uighur.
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah saudara. Sehingga tidak boleh diam saja ketika terjadi kezaliman pada saudara muslim lainnya,” tegas dia melalui press release yang dikirim kepada koranbanjar.net, Rabu (02/01/2019).
Diamnya dunia internasional atas kekejaman pemerintah China, membuktikan bahwa demokrasi tidak mampu memberikan keadilan bagi dunia, atau malah mereka sengaja diam karena muslim yang jadi korban.
“Sebab dunia diam tidak hanya dalam peristiwa Uighur, sebut saja etnis Rohingnya di Myanmar,” tegas Ustadz Aditya,
Lanjut Aditiya berkata negeri muslim jumlahnya tidak sedikit, semestinya mereka bersatu untuk menghentikan kezaliman China terhadap muslim Uighur.
Ustadz Ilham, salah satu pengisi tausiah menyampaikan betapa kompleks permasalahan umat Islam saat ini. “Tidak mungkin kita menggantungkan harapan kepada dunia internasional, penegakan HAM hanya untuk orang kafir, sehingga ketika umat Islam yang mendapat kezaliman mereka cenderung membisu dan tuli,” jelas Ustad Ilham.
“Oleh karena itu jika umat Islam ingin dunia ini berjalan dengan keadilan, maka satu-satunya jalan adalah para pemimpin Islam bersatu melawan mereka!” seru Utad Ilham.
“Tentu ini tidak susah jika mereka bernaung pada sistem Islam yang telah nyata membawa rahmat bagi semesta alam rahmatan lil alamin,” demikian dia simpulkan.(*)