Scroll ke bawah untuk melanjutkan
Koran Banjar
Hukum & Peristiwa

Dugaan Kekerasan Terhadap Anak Yatim, Bergantung di Teralis Jendela Berjam jam

Avatar
482
×

Dugaan Kekerasan Terhadap Anak Yatim, Bergantung di Teralis Jendela Berjam jam

Sebarkan artikel ini
Seorang anak mencontohkan hukuman bergantung di teralis kepada petugas Dinas Perlindungan Anak. (Sumber Foto: Ari/Koranbanjar)
Seorang anak mencontohkan hukuman bergantung di teralis kepada petugas Dinas Perlindungan Anak. (Sumber Foto: Ari/Koranbanjar)

Dari penuturan warga sekitar, terkait dugaan penganiayaan yang dialami anak yatim di Rumah Yatim Dhuafa Kelurahan Mentaos Kota Banjarbaru, kerap melihat anak-anak yang disuruh bergantung di teralis jendela berjam-jam.

BANJARBARU, koranbanjar.net Diungkapkan Agus, dirinya kerap nongkrong di warung tepat di samping rumah yang dijadikan tempat Rumah Yatim Dhuafa itu.

Advertisement
Koran Banjar
Scroll ke bawah untuk melanjutkan

Menurutnya, dirinya kerap melihat anak-anak mendapat hukuman dengan disuruh bergantung di teralis jendela rumah hingga berjam-jam.

“Karena jam 10 malam tidak tidur, jadi dihukum bergantung di teralis rumah berjam-jam, sampai ngantuk baru berhenti dihukum,” ungkapnya.

Lanjutnya, hal itu ternyata sudah dipantau lama dari pihak Bhabinkamtibmas dan Babinsa setempat. Hingga akhirnya, bukti yang menguatkan baru bisa menangani permasalahan itu.

“Sudah lama sebenarnya ini, cuman kurang bukti aja. Jadi bukti yang menguatkan, ada salah satu anak saat itu di sekolah ditanyai gurunya karena ada luka lebam di wajah,” terangnya.

Dari situlah, pihak Kelurahan Mentaos bersama Satpol PP, Kepolisian, Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pengendalian Masyarakat, Perempuan dan Perlindungan Kota Banjarbaru (DP2KBPMP2A) dan petugas lainnya sidak ke panti tersebut.

Sementara itu, Kepala Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Masliani mengatakan, hukuman yang diterima anak yatim di Panti Asuhan Griya Yatim Dhuafa sangat tidak wajar.

“Pasalnya, karena masih diusia anak-anak dan dilihat kondisi tubuh yang kurang sehat, hukuman yang dijalani tidak wajar. Dibandingkan dengan anak mereka saja, beda jauh kondisi tubuhnya,” ungkapnya.

Untuk saat ini dikatakannya juga, 6 orang anak yatim yang mereka bawa 5 di antaranya menjalani visum untuk mendeteksi luka-luka dialami para korban.

“Jadi 5 saja yang divisum, satunya tidak divisum karena sudah berada dengan keluarga dan keluarga masih belum mau untuk divisum,” katanya.

Hasil visum itu sendiri, disampaikannya, rata-rata anak-anak yatim itu mengalami luka lebam karena pukulan oleh terduga pelaku untuk menghukum mereka.

“Salah satunya ada yang luka lebam di dekat hidung,” ucapnya.

Saat ini, anak-anak tersebut sudah berada di panti asuhan yang lain untuk ditempatkan di tempat yang lebih baik. (maf/dya)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Protes RUU Anggota Parlemen Menari Perang Prabowo Ajak Puasa 5 Tahun KPK Lelang Barang Koruptor Gus Miftah Meminta Maaf Gus Miftah Ejek Penjual Es Teh