Scroll ke bawah untuk melanjutkan
Koran Banjar

DR. Andin Sofyanoor, SH, MH: Mahasiswa Boleh Salah, Tapi Harus Jujur

Avatar
649
×

DR. Andin Sofyanoor, SH, MH: Mahasiswa Boleh Salah, Tapi Harus Jujur

Sebarkan artikel ini

Di salah satu ruangan yang tidak terlalu besar, namun juga tidak sempit, di situlah DR. Andin Sofyanoor, SH, MH menyampaikan materi perkuliahan yang sarat falsafah hidup. Selama mengikuti perkuliahannya, ada satu hal yang membekas dalam ingatan saya. Mengingat cukup penting, maka tak elok jika tak dituliskan.

Sebelum Anda terlanjur membacanya dan akhirnya bosan, tulisan ini adalah upaya menangkap makna di balik ucapan Andin Sofyanoor. Silakan jika berkenan membacanya. Anggap saja tulisan ini pelengkap dari tulisan sebelumnya berjudul Begini Ketika DR. Andin Sofyanoor, SH, MH Menjadi Dosen.

Advertisement
Koran Banjar
Scroll ke bawah untuk melanjutkan

Oleh: Harie Insani Putra

—————————————-

“Mahasiswa boleh salah, tapi harus jujur.” Begitulah cara Andin Sofyanoor mengajak para mahasiswa berdialog untuk menajamkan pemahaman tentang materi perkuliahan yang ia bawakan.

“Jangan takut salah, mahasiswa itu harus berani berdialog dan selalu optimis,” imbuh Andin.

Diam-diam saya mengamini pendapat itu. Apa yang baru saja diucapkan dosen muda Andin Sofyanoor seolah-olah ‘sihir’ yang mementalkan kesadaran saya untuk terbang bebas.

Akh, saya terlempar ke masa lalu. Seluruh ruangan mendadak berlatar sephia. Ingatan saya pun melaut ke samudera luas menjaring ingatan kepada seorang filosof Islam dari Mesir, Muhammad Abduh Hasan Khairullah.

Dia adalah tokoh filsafat pendidikan Islam yang terkenal lemah lembut dan berakhlak baik. Ia dilahirkan di sebuah kampung bernama Mahallat Nasr, Syubra Khit, Provinsi Al-Bahirah, Mesir pada tahun 1266 H (1849). Ayahnya berasal dari Turki yang telah lama tinggal di Mesir, sedangkan ibunya adalah orang Arab, yang menurut riwayat, silsilah ibunya sampai pada Umar bin Khattab ra.

Muhammad Abduh Hasan Khairullah menyakini bahwa pedidikan memiliki tujuan untuk mendidik akal dan jiwa serta mengembangkannya hingga batas-batas yang memungkinkan anak didik mencapai kebahagiaan hidup dunia dan akhirat.

Simpul syaraf yang berkelindan di kepala saya pun berusaha menarik benang merah. Saya yakin, maksud dan tujuan pernyataan Andin Sofyanoor memiliki persamaan gagasan yang disampaikan Muhammad Abduh Hasan Khairullah. Pendidikan bukan sekadar garis demarkasi aspek kognitif, tapi juga selaras dengan aspek afektif bahkan psikomotorik.

Bagaimana mungkin bisa mengetahui kebenaran tanpa melakukan kesalahan? Konteks dalam tulisan ini adalah, bukan persoalan penting memberikan jawaban benar atau salah. Justru masalah sebenarnya adalah ketika seorang dosen bertanya, para mahasiswa justru hanya diam. Sebuah diam yang meragukan. Antara sudah mengerti atau tidak memahami sama sekali. Setidaknya hal itu masih bisa didiskusikan kembali.

Barangkali hal itu juga yang menjadi poin penting ketika Andin mengatakan bahwa mahasiswa boleh salah. Harapannya, para mahasiswa kritis melakukan proses mencari kebenaran, walaupun sesekali harus terpeleset di kubangan pembenaran.

Faktanya, hari itu para mahasiswa pun saling beradu argumen dan tak satu pun argumen mereka disalahkan oleh Andin Sofyanoor. Ia lantas mengambil spidol, membuat mind map di papan tulis, membangun korelasi atas semua hasil olah pikir mahasiswanya. Di situlah kemudian Andin merumuskan materi perkuliahannya hari itu sesuai teks yang terangkum dalam diktat perkuliahan.

Lantas bagaimana memaknai soal kejujuran?

Harie Insani Putra
Foto by Donny Irwan

Sejauh pemahaman saya tentang gagasan pendidikan yang disampaikan para filosof Islam, seperti Ibnu Khaldun, Muhammad Iqbal, atau Ahmad Dahlan, meski mereka saling silang pendapat dalam soal defenisi dan tujuan, saya yakin mereka bersepaham tentang urgensi pendidikan adalah prasarat hidup dalam mencapai kemuliaan dunia maupun akhirat.

Begitulah yang bisa saya uraikan, menangkap makna dibalik pernyataan Andin Sofyanoor, Mahasiswa boleh salah, tapi harus jujur. Saking pentingnya kalimat itu bagi Andin, setelah jam perkuliahan selesai, dan saya diajak ngopi di kantin kampus, kalimat itu ia utarakan sekali lagi.

“Jadi, mahasiswa itu boleh salah. Biarkan mereka berani berargumentasi, tapi mereka wajib jujur,” kata Andin berucap kepada saya. []

Protes RUU Anggota Parlemen Menari Perang Prabowo Ajak Puasa 5 Tahun KPK Lelang Barang Koruptor Gus Miftah Meminta Maaf Gus Miftah Ejek Penjual Es Teh