Scroll ke bawah untuk melanjutkan
Koran Banjar
Koran Banjar
Sufisme

Doa Ibunda Habib Ali Al Habsyi yang Mustajab Dan Cinta Dahsyat Melatarbelakangi Kitab Simthut Durar

Avatar
7206
×

Doa Ibunda Habib Ali Al Habsyi yang Mustajab Dan Cinta Dahsyat Melatarbelakangi Kitab Simthut Durar

Sebarkan artikel ini
Habib Ali bin Muhammad Al Habsyi, Pengarang Kitab Maulid Habsyi Simthut Durar. (foto: sufiz.com)
Habib Ali bin Muhammad Al Habsyi, Pengarang Kitab Maulid Habsyi Simthut Durar. (foto: sufiz.com)

Setelah 18 tahun melanglang buana dalam dunia dakwah, Habib Ali melihat banyak pelajar yang terlantar, mereka kesulitan mendapatkan fasilitas yang memadai dalam menuntut ilmu, serta banyak kaum muda yang meninggalkan Hadramaut tanpa bekal ilmu yang memadai. Maka ia membulatkan tekadnya untuk mendirikan sebuah pesantren. Ide tersebut diwujudkan saat dia berusia 37 tahun. Itulah pesantren pertama yang berdiri di Hadramaut.

Semua keperluan mereka, sandang, pangan dan papan, dijamin olehnya. Pesantren ini mencetak santri-santri berkualitas yang tersebar ke seluruh pelosok dunia. Setelah pesantren yang di dirikan membuahkan hasil yang memuaskan, barulah Habib Ali mendirikan masjid Riyadh, saat itu usianya sudah 44 tahun.

Advertisement
Koran Banjar
Scroll ke bawah untuk melanjutkan

Hati dan seluruh anggota tubuhnya setiap saat merindukan baginda Muhammad SAW. Habib Ali berkata, “Setiap saat, berdiri atau duduk, wajah Rasulullah selalu tampak dalam benakku.”

Dalam kesempatan lain ia berujar, “Jika aku bayangkan wajah Rasulullah SAW, bagaimana Rasulullah duduk bersama para sahabat, aku cemburu kepada batu yang beliau injak, tembok yang beliau sandari, air yang beliau minum, dan kurma yang beliau makan.”

Puluhan tahun kerinduan tersebut ia sembunyikan dalam hati. Akhirnya saat berusia 68 tahun, Habib Ali menuangkan kerinduannya dalam sebuah karya berjudul Simthud Durar, yang oleh sebagian orang dikenal dengan nama Maulid Habsyi. Siapapun yang membacanya dengan cinta akan merasakan kerinduan Habib Ali, yang menyelubungi untaian mutiara tersebut.

Senandung Rindu

Siapakah yang dapat menghalangi senandung rindu kepada Rasulullah SAW? Walau tanpa iklan, promosi, maupun propaganda, senandung itu tersebar ke seluruh alam. Lihatlah, hingga kini, suara hati Habib Ali, yang senantiasa merindukan Nabi SAW, tak henti-hentinya menelusuri alam, menembus kalbu dan menggugah kita yang hidup puluhan tahun setelah wafatnya, untuk mengagungkan dan memuliakan kekasihnya, betapa besar kedudukannya di sisi Allah SWT.

Jika Rasulullah telah bersabda, “Orang yang paling dekat kedudukannya denganku kelak di antara kalian di hari kiamat adalah orang yang paling banyak bershalawat kepadaku,” lalu bagaimana kiranya kedekatan Habib Ali dengan Nabi Muhammad SAW?

Ulama Hadramaut meyakini, meski sudah meninggal para wali, di antaranya Habib Ali Alhabsyi, di dalam kubur masih hidup dan bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW.

Ketika umat manusia lalai bersalawat, dari alam barzah, Habib Ali selalu bersalawat dalam setiap detik.

Di seluruh penjuru dunia, dari desa yang terpencil hingga ke ibu kota yang gemerlap, Simthud Durar dibaca dengan antusias. Setelah melaksanakan tugasnya dengan baik, berjuang menunaikan amanah Allah, memanggul bendera Islam. Akhirnya 93 tahun yang lalu di hari yang sama dengan hari ini, Ahad 20 Rabius Tsani 1333 H, Habib Ali meninggalkan dunia yang fana ini menuju rahmat Ilahi.

Ia meninggalkan empat orang putra dan seorang putri yang telah memperoleh pendidikan sebaik-baiknya. Habib Alwi yang makamnya terletak di selatan Masjid Riyadh Solo, adalah putra bungsunya. Semasa hidupnya ia memiliki budi pekerti yang luhur. Rumahnya selalu terbuka untuk tamu dari berbagai golongan dan tidak pernah sepi dari pengajian dan pertemuan-pertemuan keagamaan.

Pada 20 Rabiulawal 1373 H, Habib Alwi meninggal dunia di Palembang, dan atas wasiatnya ia dimakamkan di Solo. Sepeninggal Habib Alwi, Habib Anis putranya, melanjutkan semua kegiatan yang telah digariskan oleh ayah dan kakeknya tercinta. Masjid Riyadh dan Zawiyahnya makmur dengan berbagai kegiatan peribadatan. Waktu, tenaga dan pikiran, ia curahkan semua untuk menghidupkan ajaran salaf yang oleh sebagian orang sudah dilupakan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Protes RUU Anggota Parlemen Menari Perang Prabowo Ajak Puasa 5 Tahun KPK Lelang Barang Koruptor Gus Miftah Meminta Maaf Gus Miftah Ejek Penjual Es Teh