Scroll ke bawah untuk melanjutkan
Koran Banjar
Koran Banjar

Dewan Bikin Perda Budaya Lokal, Agar Budaya Kearifan Lokal Tetap Bertahan  

Avatar
456
×

Dewan Bikin Perda Budaya Lokal, Agar Budaya Kearifan Lokal Tetap Bertahan  

Sebarkan artikel ini

Masyarakat Kalimantan Selatan, khususnya Kabupaten Barito Kuala harus memahami, pentingnya mempertahankan kebudayaan daerah dan Kearifan Lokal di Bumi Lambung Mangkurat.

BATOLA, koranbanjar.net – Anggota Komisi III DPRD Provinsi Kalimantan Selatan H Hasanuddin Murad melakukan kegiatan Sosialisasi Peraturan Daerah (Perda) Nomor 04 Tahun 2017 tentang Budaya Banua dan Kearifan Lokal, di Cafe Baimbai di Handil Bakti Kabupaten Batola, belum lama tadi.

Advertisement
Koran Banjar
Scroll ke bawah untuk melanjutkan

“Pentingnya kita tetap pertahankan budaya-budaya daerah,” tegasnya.

Perda ini terutama ditujukan kepada komunitas penggiat seni dan para guru seni di Kabupaten Barito Kuala dengan menghadirkan narasumber anggota Persatuan Artis, Penyanyi, Pencipta Lagu dan Pemusik Republik Indonesia (PAPPRI) Kalsel Khairiadi Asa.

Politisi Partai Golkar ini menuturkan, kegiatan sosper Nomor 04 Tahun 2017 ini bertujuan agar masyarakat memahami betapa pentingnya kita ini tetap mempertahankan budaya dan kearifan lokal itu.

Kenapa itu penting, lanjut mantan Bupati Batola dua periode ini, karena kita khawatir suatu ketika dengan kemajuan teknologi informasi dan perkembangan budaya secara global pada akhirnya kita kehilangan indentitas tentang budaya kita sendiri. “Karena itu kita perlu mempertahankan itu,” ucapnya.

Politisi Golkar ini menegaskan dari sisi mempertahankan budaya dan kearifan lokal ini merupakan bagian dari upaya kita mempertahankan keberlangsungan kehidupan masyarakat dari sisi lingkungan.

Dicontohkan, dulu ada budaya masyarakat kita mencari iwak (ikan, red) melalui melunta, merawai, maunjun maupun marengge.

Lanjutnya, ketika musim kemarau, seperti di kampungnya sendiri, budaya mencari ikan di sungai seperti menggalau, di mana sungai itu diguari atau dikayuh hingga airnya kemudian keruh dan ikannya muncul ke permukaan air, selanjutnya mudah untuk menangkap iwak, tuturnya seraya mengingatkan kembali adat tersebut.

“Tapi ketika airnya pasang, maka kondisi air sungai itu kembali normal dan dulu seperti itu budaya mencari ikan, jangan dituba (racun, red) atau disetrum,” cetusnya.

“Itu salah satu contoh bentuk kearifan lokal dalam mempertahankan lingkungan, sekaligus juga upaya mempertahankan eksistensi ekosistem di suatu wilayah,” imbuhnya.

Sementara itu anggota PAPPRI Kalsel Khairiadi Asa selaku narasumber menyatakan kegiatan ini luar biasa mendapat sambutan peserta dari komunitas pegiat seni dan para guru seni.

“Karena apa yang mereka sampaikan sesuai dengan Perda yang disosialisasikan anggota DPRD Kalsel, yakni Budaya Banua dan Kearifan Lokal ini dan semua ternaungi di dalamnya,” pungkasnya.(yon)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Protes RUU Anggota Parlemen Menari Perang Prabowo Ajak Puasa 5 Tahun KPK Lelang Barang Koruptor Gus Miftah Meminta Maaf Gus Miftah Ejek Penjual Es Teh