BANJARBARU, koranbanjar.net – Kapten Pilot Faris Abdul Haris Ikhsan dari Genesa Dirgantara (anak perusahaan Trigana Air), yang saat ini bertugas memantau titik api dan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Kalsel melalui patroli udara dengan helikopter, buka-bukaan soal gajinya sebagai pilot helikopter.
“Ya segitulah, kepala 5 lah,” ucapnya masih malu-malu menyebut jumlah gajinya, saat ditemui koranbanjar.net di Water Bombing Base BPBD Kalsel, Bandara Syamsudin Noor, Banjarbaru, Selasa (10/9/2019).
Meski terkesan merahasiakannya, namun ketika diminta merincikan ternyata gajinya lebih besar dari angka yang dia sebut sebelumnya. Alumni Lombok International Flight Academy yang akrab disapa Ican itu membeberkan bahwa gajinya terdiri dari gaji pokok dan gaji jam terbang sesuai tugas.
“Kita ada gaji pokok dan ada juga gaji jam terbang. Misalkan kalau lagi operasi di luar Jakarta seperti ini, bayarannya per hari. Jadi kalau per harinya saya digaji Rp 2 juta, kalikan saja 30 hari, hasilnya Rp 60 juta sudah saya dapat. Itu belum termasuk gaji pokok,” bebernya sambil tersenyum.
Dikatakannya, jumlah gaji pilot helikopter bahkan bisa lebih besar dari pada gaji pilot pesawat komersil. Hal itu lantaran biaya operasional dan perawatan helikopter lebih mahal dibanding pesawat.
Untuk satu unit Helikopter Robinson R66 PK RTJ saja, biaya sewanya mencapai Rp 28 juta per 1 jam terbang. Helikopter Robinson milik Genesa Dirgantara itulah yang digunakan Ican untuk patroli udara setiap hari memantau titik api di Kalsel sejak 1 Agustus hingga November nanti.
Tahun ini BNPB menyewa enam unit helikopter untuk BPBD Kalsel. Empat unit helikopter untuk water bombing, dan dua unit lagi khusus untuk patroli udara. Setiap harinya masing-masing helikopter terbang dua kali. Waktu satu kali terbang per unit helikopter sekitar satu sampai dua jam lebih. Seluruh biaya sewa hingga operasional helikopter beserta pilotnya ditanggung BNPB.
“Helikopter Robinson ini dibeli perusahaan Desember 2018 lalu. Kondisinya baru dan langsung didatangkan dari Amerika. Harganya Rp 40 miliar,” ungkap lajang 29 tahun itu.
Selain itu, menurutnya, besarnya gaji pilot helikopter juga dikarenakan mahalnya biaya sekolahnya. Bayangkan saja, untuk pendidikan dasar penerbangan yang pernah ia lalui di Lombok International Flight Academy selama satu tahun, biaya sekolahnya mencapai Rp 600 juta.
“Setelah lulus di dasar, saya melanjutkan ke helicopter type rating untuk spesialis helikopter. Biayanya selama 5 bulan sebesar Rp 1 miliar. Jadi masa pendidikan saya dari awal sampai lulus menjadi pilot helikopter itu 1,5 tahun, total biaya Rp 1,6 miliar,” ujar pria asal Bandung itu.
Meski gaji pilot helikopter terbilang lebih besar dari gaji pilot pesawat komersil, namun menurut Ican saat ini banyak orang lebih berminat menjadi pilot pesawat.
Baca Juga: Dialah Yang Selama Ini Terbang Mengitari Mega Dan Bumi Kalsel
“Kenapa? Karena pilot helikopter terbang tanpa pramugari. Sedangkan pilot-pilot muda saat ini banyak menyukai tebang bersama pramugari. Selain itu, sekolah pilot helikopter juga mahal, karena syarat utamanya untuk menjadi pilot helikopter harus bisa nerbangin pesawat biasa dulu,” katanya.
Kapten Ican sudah berpengalaman menjadi pilot helikopter selama dua tahun. Saat ini dia memegang dua lisesnsi sekaligus. Satu lisensi sebagai pilot helikopter, sedangkan satunya lagi lisensi sebagai penerbang pesawat. (dny)