Scroll ke bawah untuk melanjutkan
Koran Banjar
Opini

Atasi Kecemasan dan Nyeri Dengan Tarik Nafas Dalam

Avatar
796
×

Atasi Kecemasan dan Nyeri Dengan Tarik Nafas Dalam

Sebarkan artikel ini

Keadaan sehat baik fisik, mental, maupun sosial manusia tergantung seberapa tingginya tingkat aktivitas dan mobilitas manusia. Hal ini umumnya memicu terjadinya kecelakaan dalam bekerja maupun kecelakaan bermotor yang akan menyebabkan cedera salah satunya ialah fraktur.

Oleh: Erna Fauziah, S.Kep., Ns., M.Kep*

Advertisement
Koran Banjar
Scroll ke bawah untuk melanjutkan

FRAKTUR dapat disebabkan oleh hantaman langsung, kekuatan yang meremukan, gerakan memuntir yang mendadak atau bahkan karena kontraksi otot yang ekstrem.

Fraktur jika tidak mendapatkan penanganan yang tepat bisa mengakibatkan kecacatan maupun komplikasi.

Kalimantan Selatan pada tahun 2018 terdapat sebanyak 23.915 korban jiwa yang mengalami cedera karena kecelakaan lalu lintas dengan prevalensi 8,84%, salah satu di antara jenis cedera tersebut ialah fraktur dengan prevelensi 4,23%.

Kota Banjarbaru termasuk dalam 5 urutan tertinggi yang masyarakatnya mengalami cedera karena kecelakaan lalu lintas dengan prevalensi 2,40%.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan di RSD Idaman Kota Banjarbaru tahun 2022 ditemukan sebanyak 162 kasus fraktur.

Kecemasan (Ansietas) merupakan perasaan yang tidak menyenangkan atau ketakutan yang sangat hebat.

Hal tersebut terjadi sebagai reaksi terhadap sesuatu yang dialami seseorang, dampak yang dapat merugikan penurunan kualitas hidup dan menghambat pelaksanaan tugas sebagai reaksi terhadap sesuatu dialami seseorang.

Setiap nyeri yang dirasakan oleh masing-masing individu sangatlah berbeda-beda di antaranya nyeri ringan, nyeri sedang, dan nyeri berat sesuai dengan persepsi dan ambang nyeri individu, berdasarkan faktor-faktor memengaruhi intensitas nyeri itu sendiri.

Berdasarkan penelitian Selfi Rizky (2023) melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan closed fraktur tibia fibula.

Penelitian yang dilakukan berupa studi kasus pada pasien fraktur yang bersedia dilakukan asuhan dengan pendekatan meliputi pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi, evaluasi dan dokumentasi.

Hasil pengkajian didapatkan tiga diagnosa pre operasi yaitu, nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (trauma jatuh), gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang kontrol tidur, dan ansietas berhubungan dengan krisis situasional.

Serta tiga diagnosa post operasi yaitu nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (prosedur operasi), gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri pasca operasi dan defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi.

Dari hasil penelitian studi kasus tersebut implementasi yang dilakukan adalah teknik nafas dalam, murottal Qur’an, pendidikan kesehatan, dan mobilisasi dini.

Menurut Dwi Utami (2023) Teknik relaksasi nafas dalam efektif dalam menurunkan nyeri dan dapat diterapkan sebagai tindakan nonfarmakologis untuk menurunkan nyeri pada pasien.

Penelitian Desi Ayuningsih (2023) bahwa Lantunan ayat Al-Qur’an secara fisik mengandung suara manusia yang merupakan instrumen penyembuh yang menakjubkan dan mudah dijangkau.

Suara dapat mengaktifkan hormone endorphin  alami,  menurunkan hormon-hormon stress, meningkatkan perasaan rileks, dan mengalihkan perhatian dari rasa cemas.

Sedangkan relaksasi nafas dalam bermanfaat untuk meningkatkan ventilasi alveoli mempertahankan pertukaran gas mengatur frekuensi dan pola nafas, memperbaiki fungsi diafragma dan mencegah atelaktasis dan menurunkan kecemasan.

Teknik relaksasi nafas dalam merupakan suatu bentuk asuhan keperawatan, yang dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien bagaimana cara melakukan nafas dalam, nafas lambat (menahan inspirasi secara maksimal) dan bagaimana menghembuskan nafas secara perlahan, selain dapat menurunkan intensitas nyeri, teknik relaksasi nafas dalam juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan oksigenasi darah.

Hasil kajian dari beberapa literatur mengatakan bahwa ambulasi dini adalah salah satu implementasi yang dapat meningkatkan fungsi ketahan otot kardiovaskuler.

Dukungan ambulasi (edukasi ambulasi dini): mengatur tempat tidur dan kepala tempat tidur setinggi pusat gravitasi perawat, mengunci semua roda tempat  tidur dan naikkan pagar tempat tidur pada sisi yang jauh dari perawat, mengatur posisi pasien dengan menaikkan kepala tempat tidur secara perlahan pada posisi setengah duduk atau duduk sepenuhnya.

Peran serta keluarga diharapkan bisa memberikan kontribusi besar dalam melaksanakan asuhan keperawatan. Keluarga adalah unit yang paling dekat dengan pasien merupakan “perawat utama” bagi pasien.

Keluarga berperan menentukan cara atau asuhan yang  diperlukan pasien di rumah. Keberhasilan perawat di rumah  sakit dapat sia-sia jika tidak diteruskan di rumah karena dapat mengakibatkan pasien harus dirawat kembali (kambuh).

*Dosen Poltekkes Kemenkes Banjarmasin, Jurusan Keperawatan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Protes RUU Anggota Parlemen Menari Perang Prabowo Ajak Puasa 5 Tahun KPK Lelang Barang Koruptor Gus Miftah Meminta Maaf Gus Miftah Ejek Penjual Es Teh