JAKARTA, koranbanjar.net – Jaringan Media Siber Indonesia (JSMI) Kalimantan Selatan turut prihatin atas insiden kekerasan yang dialami wartawati RMOL Lampung, Tuti Nurkhomariyah, beberapa waktu lalu.
Ketua JMSI Kalsel, Milhan Rusli mengingatkan semua pihak, terutama kepada pejabat publik di Kalsel agar tetap mengusung sikap profesional sehingga tidak terjadi kasus serupa di Bumi Lambung Mangkurat.
“Kita berharap kasus yang dialami wartawati RMOL Lampung tak terjadi di Kalsel, kepada pejabat publik di Kalsel agar tetap mengusung sikap profesional,” kata Milhan, Jumat (14/3/2020) di Banjarmasin.
Kasus ini mendapatkan perhatian serius dari salah satu organisasi wartawan dunia, yakni International Federation of Journalists (IFJ) yang berpusat di Brusel, Belgia.
Dalam tulisannya, Jumat(13/3/2020), IFJ meminta Gubernur Arinal Djunaidi yang melakukan kekerasan terhadap Tuti untuk menghormati wartawan yang sedang menjalankan tugas profesi
Di dalam pernyataan itu pula, IFJ merujuk beberapa kasus serupa yang dilakukan Gubernur Arinal Djunaidi terhadap wartawan lain.
“Gubernur Lampung kelihatannya membangun pola merusak yakni membully media, yang tidak dapat diterima,” tulis IFJ.
IFJ mengingatkan Gubernur Arinal Djunaidi pada tanggung jawab bersikap profesional dan terhormat dalam berhubungan dengan media.
“Keberatan terhadap media harus dilakukan melalui Dewan Pers,” tulis IFJ lagi
IFJ adalah organisasi wartawan terbesar di dunia yang berdiri sejak 1926. IFJ memiliki anggota sebanyak 187 asosiasi wartawan yang mewakili 600 ribu wartawan di 140 negara.
Gubernur Lampung Arinal Djunaidi yang melakukan kekerasan verbal itu ketika memberikan sambutan dalam sebuah acara resmi di Kantor Gubernur Lampung, Selasa pekan lalu (3/3/2020).
Gubernur itu awalnya bertanya kepada kelompok wartawan yang hadir dalam acara itu apakah wartawan RMOL Lampung hadir.Tuti yang berada di antara rekan-rekannya mengangkat tangan menyatakan kehadiran.
Setelah melihat kehadiran wartawati RMOL Lampung, Arinal Djunaidi menekan Tuti dengan kata-kata dan merujuk pada pakaian muslimah yang dikenakannya, diikuti pernyataan bernada ancaman.
Tidak sampai disitu, setelah acara selesai, Tuti dibawa empat ajudan Arinal Djunaidi ke dalam ruangan kerja Gubernur, dan di dalam ruangan itu kembali mengalami tekanan dan ancaman.
Sementara CEO Kantor Berita Politik RMOL Teguh Santosa mengatakan, pihaknya telah mempelajari kasus ini. Tuti telah memberikan keterangan kepada Manajemen RMOL di Jakarta. Saat ini Tuti ditarik kembali ke Jakarta.
“Langkah ini kami ambil untuk melindungi Tuti dan menghindarkan berbagai kemungkinan yang tidak kita inginkan. Tuti telah menerima ancaman yang tidak dapat kita pandang sebelah mata,” ucap Teguh dengan tegas.(yon)