MARTAPURA, koranbanjar.net – Syekh Muhammad Amin bin Muhammad al Hafiz al Alawy Assyinqity al Hasani, menceritakan bagaimana pendidikan agama di tempat asalnya yakni di Assyinqity, Afrika.
Pendidikan anak yang lebih utama sebelum masuk sekolah harus belajar membaca huruf hijaiyah dan menghafal Alquran sebelum usia sembilan tahun.
Hal itu disampaikan Syekh Muhammad Amin ketika berkunjung ke Pondok Pesantren (Ponpes) Darusalam Martapura, Rabu (20/11/2019) siang.
Kunjungan Habib sekaligus ulama yang mengajar di Ma`had Syekh Ahmad Al Maliki Mekkah ini ke Kabupaten Banjar untuk mengisi tausiah sebelumnya di Masjid Al Karomah Martapura.
Syekh Muhammad menceritakan bagaimana metode pembelajaran di tempat asalnya yang mengedepankan disiplin hafalan dalam setiap pembelajaran.
“Anak-anak di desa kami, mereka tidak boleh sekolah dulu sebelum menghafal Alquran pada usia dini. Setelah hafal, mereka akan diajarkan tentang sirah nabawi (kisah para nabi) kemudian baru bisa masuk sekolah,” jelas Syekh Amin melalui juru penerjemahnya Fawaaz Fauzan.
Setelah anak-anak hafal Alquran dan sirah nabawi, barulah mereka diajarkan ilmu fiqih tentang ibadah.
“Dalam pembelajaran di sekolah pun tak luput dari hafalan-hafalan syiir dan nadzom, tetapi karena mereka sudah dilatih sebelumnya dengan menghafal Alquran. Berkah Alquran ini akan memudahkan menerima ilmu lainnya dan menghafalkannya,” terang Syekh kelahiran 1 Januari 1964 ini.
Syekh Muhammad Amin sedikit menyinggung tentang pendidikan anak di Indonesia pada umumnya dan di Kabupaten Banjar pada khususnya yang mana mereka setelah diajari seminggu kemudian sudah lupa.
“Malu seorang santri itu terletak pada hafalannya (yang lemah). Seorang santri akan malu apabila tidak bisa menghafal atau lupa apa saja pelajaran yang telah diberikan oleh gurunya,” tambah Syekh Amin.
Sementara DR Andin Sofyannor SH MH, yang juga turut serta hadir mengatakan bahwa Syekh Muhammad Amin Assyinqity adalah orang yang sangat tawadu dalam perangai.
“Beliau itu penampilannya sederhana, tetapi ilmunya luas bagai samudera. Berbeda dengan kebanyakan kita, penampilan kita luas seperti lautan (mewah dan megah) tetapi ilmunya sedikit,” jelas bakal calon Bupati Banjar ini. (mj-30/dra)