Kepala Adat Meratus atau biasa disebut Pengulu Adat di Kadayang, Kecamatan Loksado, Noliono atau kerap disapa Innul, belakangan mengalami sakit-sakitan. Ia bahkan tidak bisa bangkit dari kamar lebih dari dua bulan.
Mendengar kabar kondisi salah satu sepuh dari Meratus sedang sakit, saya pun berupaya menjenguk beliau. Namun, niat saya menjenguk tak langsung makbul lantaran mencari waktu yang tepat. Simak kisahnya hingga selesai.
Muhammad Hidayat, Loksado
Kadayang adalah nama sebuah dusun paling pedalaman di Rt 3 Desa Haratai, Kecamatan Loksado, Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS), Provinsi Kalsel. Untuk menuju ke sana menggunakan motor, sekitar satu setengah jam perjalanan dengan jarak kurang lebih 40 KM dari Kota Kandangan, HSS.
Sayapun semenjak awal mendengar kabar beliau sakit langsung berniat menjenguk, tetapi baru-baru ini kesampaian sebab melihat kondisi cuaca yang tidak menentu.
Pasalnya, sebelumnya ada bekas diguyur hujan, saya tidak berani melewati tanjakan Balakuk, sebuah tanjakan yang paling sering memakan korban jatuh dari motor.
Bukan saat menanjak sebenarnya, tetapi saat menurun sepulang dari Kadayang, tak jarang jalannya licin jika ada bekas hujan. Selain tinggi, tikungan tajam membuat pengendara harus berhati-hati melewatinya.
Di umur 60 lebih, sang sepuh Meratus ini wajar jika sudah mulai sakit-sakitan. Innul mengaku selama tiga bulan lebih mengalami sakit, tetapi dua bulan awal ia merasa sangat parah terutama bagian pinggang, bahkan ia kehilangan nafsu makan.
Baca juga: Mengenali Pengulu Adat Masyarakat Dayak Meratus
“Selama tidak nafsu makan, saya hanya ingin makan apel dan buah lengkeng, mau tidak mau anak-cucu turun ke Loksado membelikan buah,” ucapnya saat saya menjenguknya Minggu pekan lalu.
Selama itu ia tidak makan nasi ataupun yang lainnya, dan ia juga tidak mengetahui kenapa hanya ingin makan buah apel dan lengkeng.
Lokasi kampungnya yang berada jauh di pedalaman, jadi faktor kesulitan berobat ke dokter. Menuju Puskesmas terdekat maupun rumah sakit, harus melewati turun-naik pegunungan dengan medan ekstrim dan jalanan kurang bersahabat.
Meski Innul memiliki kartu jaminan kesehatan yang ditanggung pemerintah HSS. Namun pihak keluarga memilih mengeluarkan biaya lebih untuk memanggil dokter datang rumah. Setidaknya sudah tiga kali mengundang dokter.
Selain berobat secara medis, Innul mengungkapkan juga melakukan pengobatan secara spiritual dengan ritual Babalian. Ritual dilakukan oleh anaknya sendiri, yang sudah menguasai prosesi ritual tersebut.
Ia menuturkan, selama sakit parah, ia tidak mengetahui siapa saja yang sudah menjenguk, tetapi diakuinya banyak kerabat dan warga membesuk.
Wajar saja, sebagai Kepala Adat Meratus di Kadayang, ia adalah sosok yang dihormati baik di suku dayak hingga pejabat. Saya merasa terhormat saat saya menjenguk, beliau mampu berjalan ke ruang tamu dan menghampiri saya.
“Para orang berdahi sampai sekarang belum ada yang menjenguk, biasanya kalau ada kepentingan seperti berpolitik ada saja mereka datang, setelahnya mereka lupa lagi,” singgungnya.
Sekarang, keadaannya sudah mulai membaik, Kepala Adat Meratus itu kini mulai kembali pada aktivitasnya seperti biasa. (*)