BANJAR, KORANBANJAR.NET – Sekitar 3 minggu berlalu pasca penutupan sementara dengan tujuan agar dapat lebih terjaga dari resiko kebakaran hutan dan lahan (Karhutla), objek wisata Taman Hutan Raya Sultan Adam (Tahura SA), yang berada di Desa Mandiangin, Kecamatan Karang Intan, Kabupaten Banjar, atau lebih dikenal oleh para pengunjungnya dengan sebutan Mandiangin ini, ternyata telah menimbulkan beberapa dampak negatif dan positif.
Menurut Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Kalsel, Hanif Faisol Nurofiq, dampak negatif dari pasca penutupan objek wisata Mandiangin yang paling terasa di antaranya ialah menjadi terhentinya pendapatan keuangan dari retribusi pengunjung, yang mana sebelum penutupan dilakukan, pemasukan retribusi objek wisata Mandiangin yang diperoleh dari setiap pengunjung, selalu lancar.
Sedangkan sisi positifnya, sesuai dengan tujuan pemberlakuan penutupannya, objek wisata yang memiliki barisan pegunungan dan sejumlah air terjun ini, menjadi terhindar dari resiko rawan karhutla, khususnya pada musim kemarau seperti tahun ini yang .
Hanif berharap, musim kemarau yang masih berlangsung hingga sekarang ini dapat segera digantikan oleh musim hujan, agar objek wisata Tahura SA dapat dibuka lagi hingga kembali ramai didatangi para pengunjung, sehingga pemasukan dari dana retribusi pengunjung Mandiangin bisa dialirkan kembali untuk Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kalsel.
“Selain itu, keberadaan objek wisata Tahura SA ini sebenarnya sangat memberikan efek domino bagi mayarakat Desa Mandiangin, terlebih bagi mereka yang berjualan di dalam kawasan Tahura SA,” ucap Hanif. (dshtklsl/dny)