Scroll ke bawah untuk melanjutkan
Koran Banjar
Koran Banjar
Headline

Menyedihkan, Selama 20 Tahun Kampung Simpang Sadur Banjarmasin ‘Dianaktirikan’

Avatar
789
×

Menyedihkan, Selama 20 Tahun Kampung Simpang Sadur Banjarmasin ‘Dianaktirikan’

Sebarkan artikel ini
Tak tersentuh pembangunan, Kampung Simpang Sadur di Kota Banjarmasin hanya memiliki jalan setapak. (foto: leon)
Tak tersentuh pembangunan, Kampung Simpang Sadur di Kota Banjarmasin hanya memiliki jalan setapak. (foto: leon)

Menyedihkan. Di balik keindahan ekowisata alam Kuin Kecil ternyata ada sebuah kampung terpencil yakni, Kuin Kecil, Kelurahan Mantuil, Kecamatan Banjarmasin Selatan, selama 20 tahun lebih tak pernah tersentuh pembangunan dari pemerintah setempat alias dianaktirikan.

BANJARMASIN, koranbanjar.net – Kampung yang tidak pernah tersentuh pembangunan itu bernama Kampung Simpang Sadur, terdapat 50 rumah yang berdiri di kampung itu.

Advertisement
Koran Banjar
Scroll ke bawah untuk melanjutkan

Ironisnya, kampung ini merupakan kampung Kuin Kecil pertama kali yang sudah ada sejak tahun 1960, namun luput dari perhatian pemerintah setempat.

Salah satu tokoh warga Simpang Sadur, Sadri kepada media ini, Minggu (19/12/2021) mengisahkan, semenjak puluhan tahun lalu dirinya menjabat sebagai Ketua RT kampung itu, bantuan berupa pengadaan atau peningkatan jalan sama sekali nihil.

“Alasanya waktu dulu dikatakan kalau Simpang Sadur ini ruang terbuka hijau,”  ungkapnya saat ditemui di rumahnya di Simpang Sadur.

Lanjut Sadri, bahkan pada masa Walikota Muhiddin, dirinya pernah terlibat cekcok dengan Camat Banajrmasin Selatan soal usulan ganti rugi tanah warga Simpang Sadur.

“Kalau tidak salah sekitar tahun 2000, saya lupanama camatnya, sempat keras – kerasan sama ulun. Masa tanah warga dihargai Rp5.000 per meter, terang aja warga termasuk ulun keberatan,  karena dianggap RTH tadi,”  bebernya.

Saat ini dirinya hanya meminta jalan setapak di Simpang Sadur diperlebar agar mudah mobil ambulan masuk.

Mengapa demikian? Sebab kata Sadri warga kesulitan membawa orang sakit apalagi dalam keadaan kritis.

Tokoh Warga Simpang Sadur, Sadri. (foto: leon)
Tokoh Warga Simpang Sadur, Sadri. (foto: leon)

“Harus ke depan dulu membawa pakai motor, atau pakai kelotok, kadang ada yang meninggal sebelum sempat dibawa ke rumah sakit karena lamanya di jalan,”  kisahnya.

Lebih mengenaskan, dua warganya saat hendak melahirkan, belum lagi sampai ke rumah sakit atau ke puskesmas terdekat, keduanya langsung melahirkan di jalan.

“Ada yang melahirkan di jalan kampung ini, ada pula saat tiba di dermaga Rumah Sakit Sultan Suriansyah,” kenangnya.

Untuk itu dirinya sangat berharap kepada pemerintah membuatkan jalan agar mobil ambulan bisa masuk untuk melayani warganya yang sedang sakit.

Sementara Ketua RT 14, Ipansyah mengutarakan, bahwa kawasan Simpang Sadur bukan lagi RTH melainkan sudah menjadi kawasan industri.

“Makanya saya berani keras mengusulkan minta kampung itu dibuatkan jalan, karena bukan lagi RTH, tapi sudah menjadi kawasan industri,” ungkapnya.

Saat ini jalan masuk kampung itu hanya ditutupi dengan hamparan batu hasil dari swadaya masyarakat.

Kampung asal pertama kali bernama Kuin Kecil yang pada waktu itu hanya ada 20 rumah, apabila air pasang besar maka jalannya terendam.

“Sekali lagi kami memohon perhatian pemerintah peduli terhadap kampung Simpang Sadur, kasihan warga yang ada di sana sementara di luar sini jalannya sudah bagus semen beton,” tuturnya penuh harap.(yon/sir)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Protes RUU Anggota Parlemen Menari Perang Prabowo Ajak Puasa 5 Tahun KPK Lelang Barang Koruptor Gus Miftah Meminta Maaf Gus Miftah Ejek Penjual Es Teh