20 Tahun Asiah Hidup di Rumah Reot, Ingatan pun Nyaris Hilang

BANJARMASIN – Sungguh miris kehidupan yang dijalani Asiah alias Siah (68), warga Kelurahan Sungai Jingah RT 17 / RW 01 No.9, Kecamatan Banjarmasin Utara, Kota Banjarmasin ini. Sepeninggal suaminya, nenek ini hidup dalam kondisi yang sangat memprihatinkan.

Dia tinggal di rumah yang nyaris tak bisa dihuni lagi, karena rumah berbahankan kayu itu sudah sangat reot, atap bolong di sana-sini serta lantai yang hampir tak dapat diinjak karena sudah lapuk. Jangankan memperbaiki tempat tinggalnya, memenuhi kebutuhan makan sehari-hari saja, dia teramat sulit. Bahkan kadang makan dan kadang tidak.

Dari seluruh ruang rumahnya tersebut, hanya bagian kamar yang bisa dipakai. Itupun hanya seluas ukuran kasur yang sudah sangat tipis atau sekitar 2×2 meter persegi. Sedangkan di bagian lainnya hampir tak dapat digunakan, karena lantai rumahnya yang sudah sangat lapuk. Untuk berjalan memasuki rumahnya kadang harus berhati-hati, karena lantai rumahnya yang bisa ambrol.

Lebih ironis lagi, ingatan nenek ini hampir hilang karena faktor usia. Kadangkala dia bisa diajak bicara, namun kadangkala diam seribu bahasa dan hanya bisa menjawab sepatah atau dua patah kata.

Meski nenek ini tinggal ditemani 2 putranya yang cukup dewasa, namun kesulitan ekonomi membuat mereka tak mampu berbuat apa-apa. Kedua putranya itu sehari-hari bekerja sebagai buruh bangunan.

Satu putranya yang bernama Opal (48), hanya bekerja sebagai kuli cat atau buruh yang bekerja menerima order ngecat  pagar, rumah atau bangunan lain. Sedangkan adiknya, Ardian (44), bekerja hanya sebagai kuli bangunan yang kadang bekerja Senin – Kamis.

Tidak jarang nenek bernama Siah beserta putranya Ardian, harus menahan lapar, karena tak mampu membeli beras atau makanan lain. Belakangan nenek ini lebih banyak dibantu para tetangganya yang menaruh prihatin, seperti menerima pemberian beras atau bahan pokok lainnya. Terutama ketika Opal dan Ardian tidak mendapat order pekerjaan ngecat atau ngeburuh bangunan.

Sebetulnya, 2 putra nenek ini tidak suka berpangku tangan. Namun pekerjaan yang diterimanya tak selalu ada, sedangkan untuk melakukan pekerjaan lain mereka tak punya keahlian. Sementara melamar pekerjaan dengan mengandalkan STTB atau ijazah juga tidak bisa, lantaran kedua hanya pernah mengecap pendidikan hingga SD. Terlebih usia mereka yang sudah melampaui batas.

“Beginilah pekerjaan saya, kalau lagi ada permintaan kerja bangunan ya…alhamdulillah bisa kerja. Kalau sudah berusaha mencari kesana-kemari tidak ada, ya sudah. Kalau ada yang dimakan, ya kami makan, kalau tidak ada, ya ditahan,” demikian ungkap putra Siah, Ardian yang setia melayani ibu kandungnya setiap waktu saat dijumpai koranbanjar.net, akhir pekan tadi.

Ditanya mengenai kondisi orangtuanya yang hampir lupa ingatan, Ardian mengaku tidak bisa berbuat apa-apa, melainkan hanya melayani. “Namanya orangtua, kadang ingat, kadang lupa. Sayalah yang sehar-hari melayani, memasak, memberi makan dan lainnya,” ucap Ardian lirih.

Begitu pula saat ditanya kondisi rumahnya yang nyaris tak bisa dihuni lagi, Ardian hanya bisa pasrah. Seringkali dia sudah memperbaiki kondisi rumah, namun hanya dengan bahan-bahan kayu bekas. Tidak lama hancur lagi.

“Sudah sering saya perbaiki dengan kayu-kayu bekas, tapi ya tidak lama, hancur lagi. Seperti lantai, dinding rumah dan atap, lagipula bangunannya kan sudah sangat lama, jadi banyak yang rusak dan jabuk (lapuk). Maunya ingin memperbaiki dengan kayu-kayu yang hanyar (baru), tetapi tak punya biaya, jadi seadanya saja. Itu pun mengerjakan sendiri,” ungkap Ardian.

Dia menambahkan, kondisi yang dialami bersama ibu kandungnya itu berlangsung tak kurang dari 20 tahun. Namun sebelumnya, bangunan rumah cukup bagus, lama-kelamaan termakan usia dan sudah lapuk semua.

Dengan kondisi demikian, dia tidak berharap banyak dari Pemerintah Kota Banjarmasin. Namun setidaknya, kepala daerah dalam hal ini Walikota Banjarmasin dapat melihat langsung keadaan warga seperti dia dan orangtuanya.

“Mudah-mudahan ada yang berkenan menjenguk, setidaknya kami mendapat bantuan sedikit untuk memperbaiki rumah kami yang sudah rusak parah ini dari pemerintah. Namun seandainya tidak ada pun, kami tidak berharap lebih, mungkin beginilah yang harus kami jalani dengan mama (ibu kandungnya),” pungkas Ardian.(sir)