KANDANGAN, koranbanjar.net – Sejak ditetapkan status siaga kebakaran hutan dan lahan (Karhutla), di Hulu Sungai Selatan (HSS) sudah ada kurang lebih 13 titik hotspot yang terpantau satelit Lapan, dengan luas areal diperkirakan 25 hingga 30 hektar.
Ada beberapa titik yang sudah terpantau seperti di wilayah kecamatan Daha Utara, Daha Selatan dan Daha Barat, bahkan di Kecamatan Telaga langsat sempat terjadi kebakaran hutan daerah pegunungan beberapa waktu lalu.
Penetapan status siaga Karhutla berdasarkan surat keputusan Bupati HSS, sejak 1 Juli hingga 30 November 2019. Cuaca panas terus terjadi peningkatan, berdasarkan informasi BMKG puncak kemarau diperkirakan Agustus hingga Oktober 2019.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Kesatuan Bangsa dan Politik (BPB Kesbangpol) HSS Efran mengatakan, sudah menyiagakan posko siaga Karhutla yang diaktifkan sejak Senin (22/7/2019) lalu.
Efran mengungkapkan, posko siaga Karhutla sudah diaktifkan, personelnya disiagakan, dan setiap kejadian pun sudah melakukan penanganan.
“Dibantu juga dengan semua komponen lain termasuk pihak perusahaan, kelompok masyarakat peduli api, kelompok relawan kebencanaan misalnya di wilayah Daha ada TRD, hingga kerukunan PMK, itu kita bekerja sama dengan mereka di lapangan,” papar Erfan kepada koranbanjar.net, Rabu (24/7/2019).
Efran mengatakan hampir semua kecamatan ada potensi rawan terjadinya Karhutla, tetapi yang paling rawan di daerah rawa seperti Daha Utara, Daha Selatan, Daha Barat dan Kalumpang.
“Kecamatan Kandangan pun ada juga sebagian yang termasuk rawa, seperti Desa Sungai Kupang, Lungau dan Bangkau,” katanya.
Efran mengimbau kepada seluruh masyarakat HSS, saat status siaga darurat Karhutla ini ia ingin ada kerjasama semua pihak, terutama dukungan masyarakat, perusahaan swasta, hingga pemerintah desa bersama-sama menanggulanginya
“Utamanya meningkatkan kesadaran da kewaspadaan, misalnya jangan membuang sisa api sembarangan yang berpotensi akan terbakar, kami sarankan mari kita peduli untuk itu,” pungkasnya. (yat/dra)