Wacana pembangunan gerbang jalan di kawasan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Rantau Baru mendapat kritik dari Perkumpulan Tenaga Ahli Profesional Indonesia (Pertapin) Kalsel.
TAPIN, koranbanjar.net – Kritik disampaikan Ketua Dewan Kehormatan Pertapin Kalsel, Yuspianor. Ia mengatakan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan terkait pembangun gerbang tersebut.
Pertama, lokasi pembangunan gerbang yang direncanakan pada sisi RTH Rantau Baru merupakan perempatan jalan. Pembangunan harus memperhatikan kaidah-kaidah transportasi yang tidak mengganggu dan menghalangi pandangan pengguna jalan.
“Apalagi kawasan itu sebagai kawasan perkantoran, tentunya lalu lintasnya akan semakin padat, sehingga tidak boleh ada bangunan yang dapat menghalangi pandangan pengguna jalan. Ke depan, yang diperlukan pada perempatan itu adalah lampu lalu lintas,” ujarnya.
Kedua, sambung Yuspi, daerah tersebut adalah kawasan RTH, yang mana sudah ditentukan persentase jumlah bangunan fisik yang boleh ada dan jumlah vegetasi yang harus ada.
“Jadi dengan memperhatikan hal itu, menurut saya pembangunan gerbang itu sebaiknya tidak dilaksanakan. Kalau mau membangun hal yang ikonik, lebih baik melanjutkan pembangunan bundaran Rantau Baru yang juga ada di kawasan itu,” jelasnya.
Pembangunan bundaran Rantau Baru, terang dia, sejalan dengan perencanaannya dulu, yakni untuk mengenang sisi historis bundaran Datu Sanggul yang merupakan pertemuan dari dua jalan, yaitu Jalan Datu Nuraya dan Jalan Datu Suban.
“Kemudian hal ikonik pada bundaran tersebut direncanakan dibangun semacam tugu yang menggambarkan karya Datu Sanggul yang ada sampai saat ini dan menjadi pedoman masyarakat Banjar dan Melayu sampai Sumatera dan Malaysia, yaitu Kitab Barencong,” ungkapnya.
Kemudian, dia mengemukakan, jika berbicara hal yang mendesak, maka pembangunan Bundaran Bungur patut segera dilaksanakan. Sebab, menurut dia, bundaraan itu saat ini sangat tidak layak karena membingungkan pengendara sejak pelebaran jalan dan rekayasa lalu lintas dilakukan di jalan itu. Selain itu, ketinggian badan jalan antar dua jalur juga berbeda, sehingga rawan kecelakaan.
“Yang perlu diprioritaskan dengan pendanaan yang memadai adalah pembangunan Bundaran Bungur, dan diharapkan bisa dibangun tanpa bertahap, sehingga kalaupun harus menutup atau mengalihkan jalur jalan sementara, cukup sekali saja dalam satu tahun anggaran. Pelaksanaannya pun harus menyeluruh, termasuk pembenahan pipa PDAM di bawahnya yang sering bocor,” pungkasnya. (MJ-031/dny)