MENGUNJUNGI Galeri Rumah Pengarang di Kota Banjarbaru, dan melihat langsung berbagai macam hasil kreasi olahan arang dari tangan Narwanto membuat kami berdecak kagum.
Bagaimana tidak, arang yang selama ini jamak dikenal masyarakat luas hanya sebagai bahan baku pembakaran, di tangan Pria kelahiran Bojonegoro ini justru menjadi kerajinan khas, unik dan bernilai seni.
Galeri Kriya Rumah Pengarang Banjarbaru
Rumah Pengarang, sekilas orang mengira bahwa galeri yang berdiri sejak 2017 silam ini merupakan rumah seorang pengarang buku yang notabene setiap menitnya bergelut dengan dunia aksara. Faktanya tidak demikian. Seperti yang dikatakan Narwanto, “Rumah pengarang adalah rumah tukang arang kayu bukan rumah pengarang buku,” ucapnya sambil tertawa ringan.
Pria kelahiran 1981 ini menuturkan, awalnya, ia berbisnis ekspor arang putih selama 6 tahun, namun rasa penasaran yang dalam membuatnya lantas bereksperimen.
Kualitas arang putih berbeda dengan arang hitam menjadi pemantik rasa penasaran itu. Selama 2 tahun ia bergelut di galeri Rumah Pengarang Banjarbaru dan meninggalkan bisnis ekspor untuk mengolah berbagai jenis macam kerajinan berbahan arang putih.
Mungkin kesannya cukup sederhana, namun selama 2 tahun itu, Narwanto mengaku banyak kendala yang dihadapi. Tidak seperti yang terlihat sekarang. Saat kendala itu datang, Narwanto tak segan-segan mendatangi beberapa pengrajin untuk belajar. Sampai saat ini pun, Narwanto mengaku masih terus belajar.
Apa itu Arang Putih (Binchotan)?
Dijelaskan oleh Narwanto, bahwa arang itu ada dua jenis, arang hitam dan arang putih. Untuk arang yang biasa digunakan di dapur, itu namanya arang hitam. Sementara arang putih adalah arang yang proses penghangusannya sangat berbeda dan kompleks.
Arang Putih, atau juga yang disebut dengan binchotan, dibakar pada suhu relatif rendah untuk beberapa waktu, menjelang proses akhir suhu baru ditingkatkan sekitar 1000ºC untuk membuat kayu merah dan panas.
Arang tersebut lalu dengan cepat dibubuhi dengan serbuk khusus untuk mendinginkannya. Serbuk tersebut adalah campuran tanah, pasir dan abu, sehingga memberikan rona keputihan pada permukaan arang. Melalui proses tersebut, arang putih cenderung lebih kuat, dan tidak memiliki debu sama sekali.
Produk Arang Putih di Rumah Pengarang
“Produk yang sudah saya hasilkan dari arang putih ini di antaranya bahan bakar untuk barbeque, perlengkapan rumah tangga seperti penyerap bau kulkas, filtrasi air, ada juga dekorasi buat penghias ruangan, meja, dinding,” ucap Narwanto.
Selain itu, Narwanto juga menjadikan arang putih sebagai aksesoris, seperti kalung, gelang, anting, hiasan kulkas, plakat cinderamata, piala, lampu kamar tidur, alas sumpit meja makan, name tag label produk atau harga dan banyak lagi olahan lainnya.
“Setiap barang pun bentuknya tidak sama, jadi limited edition. Tidak bakal sama satu dengan yang lain,” ucap Narwanto.
Di tangannya, arang putih juga dijadikan alat musik menyerupai Kolintang. Jika dipukul, arang putih tersebut menimbulkan bunyi yang cukup unik.
Nilai Jual Kerajinan Arang Putih
Arang putih yang sudah disulapnya menjadi berbagai aksesoris tersebut dipajang oleh Narwanto di galeri pribadinya di Rumah Pengarang Banjarbaru dan bisa dikunjungi kapan saja, terbuka untuk umum.
Untuk harga jualnya sendiri, Narwanto mengatakan cukup bervariatif, ada yang mulai Rp 35 ribu hingga Rp 1 juta.
“Untuk pembelinya sendiri bukan cuma dari Kalimantan, tetapi sudah sampai pasar internasional seperti Jepang, Korea, China, Inggris, Belgia, Perancis, Rusia,” ujarnya menjelaskan.
Lebih jauh, Narwanto juga menyediakan arang stick dengan brand Najune Binchotan dalam bentuk kemasan. Arang stick binchotan ini memiliki beragam fungsi yang bermanfaat untuk kesehatan. Contohnya, dapat digunakan untuk menjernihkan air minum karena sifatnya melepaskan klorin dan zat-zat berbahaya lainnya.
Jika dimasukkan ke dalam satu liter air ledeng, bisa menambah kandungan mineral dan membuatnya lebih basa sehingga kualitas air minum menjadi lebih baik. Selain itu, arang binchotan juga bisa dimanfaatkan sebagai pengatur kelembaban dan menyerap bau di dalam ruangan.
Untuk lebih memperluas jangkauan pasar kerajinan arang putih olahannya, Narwanto selama ini aktif mengikuti berbagai pameran kriya di tingkat nasional.
“Desember 2019 ini produk kerajinan arang putih dari rumah pengarang akan mengikuti pameran di Jakarta yang dilaksanakan Bank Dunia,” ungkapnya.
ATM Arang
Jika selama ini kita mengenal ATM (Anjungan Tunai Mandiri atau dalam bahasa Inggris: Automated Teller Machine / Automatic Teller Machine) selalu berurusan dengan uang, Narwanto justu membuat ATM arang.
Ada beberapa ATM arang yang telah dibangun yang fungsinya untuk melayani para pembeli arang hitam.
“Konsepnya seperti ATM, tanpa ada orang yang melayani. Orang-orang cukup memasukan uang pas ke dalam lubang dan membawa arang yang telah disediakan sejak awal. Prinsipnya adalah kejujuran pembeli,” ujar Narwanto tak merasa khawatir dicurangi para pembeli.
“Memang ada yang berusaha curang, tapi kembali ke niat awal, ATM arang prinsipnya adalah kejujuran,” imbuhnya.
Destinasi Wisata Kriya
Bukan hanya sebatas prosesi jual-beli arang semata, ke depannya Narwanto juga berharap Rumah Pengarang menjadi salah satu alternatif destinasi produk kriya yang unik, tempat untuk wisata edukasi dan petualangan di Banjarbaru.
“Semoga bisa segera terwujud untuk wisata edukasi dan petualangan,” pungkasnya.
Nah, sampai di sini, jika Anda penasaran dengan arang yang diolah Narwanto menjadi berbagai macam kerajinan tangan tersebut, Anda bisa melihat langsung dengan mengunjungi Rumah Pengarang Jalan Sidomulyo Raya Kelurahan Landasan Ulin Timur Banjarbaru atau menghubungi 0811504707 (RAF/HIP)