KH. Husein Qadri merupakan salah satu ulama Banjar, persisnya dari Desa Tunggul Irang, Kota Martapura, Kalimantan Selatan. Tak hanya dikenal sebagai dzuriat Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari atau Datu Kelampayan, keilmuan dan akhlak KH Husien Qodri juga diakui dua ulama besar, KH Sya’rani Arif dan KH Syarwani Abdan Bangil.
Dikutip dari akun facebook Majelis Taklim Miftahus Surur, KH.Husein Qadri bin Mufti KH.Ahmad Zaini bin KH.Abdurrahman Al-Banjari dilahirkan pada t17 Ramadhan 1327 H dari seorang ibu yang sholehah bernama Hj.Sanah putri Niangah putri Hamidah binti Mufti H.Jamaluddin putra Syeikh Muhammad Arsyad Al- Banjari.
Sejak kecil dia selalu dalam asuhan dan pendidikan ayahnya, Mufti KH.Ahmad Zaini dan kakeknya, KH.Abdurrahman (Guru Adu Tunggul Irang) bin KH.Zainuddin Al-Banjari. Adapun gurunya yang utama sekali dalam bidang ilmu adalah kakeknya sendiri yaitu KH.Abdurrahman (Guru Adu). Setiap malam, sebelum kakeknya mengaji kepada gurunya KH.Said Wali al-Banjari ia dapat menguasai berbagai ilmu pengetahuan agama.
Selain itu dua juga belajar kepada KH.Kasyful Anwar al-Banjari di kampung Melayu Martapura, kemudian disuruh belajar oleh kakeknya KH.Abdurrahman tentang wifik kepada KH.Zainal Ilmi di desa Dalam Pagar Martapura.
KH Husien Qadri sangat terkenal sebagai ulama yang wara ‘, lemah lembut, ramah- tamah kepada siapapun, sehingga tak heran dia sangat dicintai masyarakat. Kehidupannya sangat sederhana dan memiliki akhlak yang mulia.
KH Husein Qadri menjabat sebagai Qadhi yang dikenal jujur dan adil di Kantor Kerapatan Qadhi Martapura. Pada waktu itu, ada sekitar 15 anggar tempat ia melakukan pengajian secara rutin. Setiap pengajian di Masjid Jami Al Karamah Martapura selalu dihadiri ribuan kaum muslimin yang melimpah-ruah sampai ke halaman masjid.
Dia sangat jeli dan peka terhadap situasi masyarakat, maka ketika ia melihat hal-hal yang bertentangan dengan hukum Islam meskipun hanya syubhat, ia dengan sigap dan cepat meluruskan kembali dan membimbing ke arah yang sebenarnya dengan sangat bijaksana dan penuh kasih sayang.
KH.Husein Qadri tercatat sebagai guru senior yang memiliki pengaruh dalam pembaharuan kemajuan di Pondok Pesantren Darussalam Martapura yang diakui keilmuannya, baik masyarakat biasa maupun kalangan orang-orang alim, seperti Al-Muhaddist KH.Anang Sya’rani Arif beliau berkata: “Tadi malam aku sudah mengetahui akan tanda-tanda kematiannya, sampai jam tiga malam aku tidak bisa tidur, aku keluar rumah, aku melihat ke atas langit tidak ada satu bintangpun yang bersembunyi, semuanya keluar, lalu dalam hatiku berkata: jika aku parak (dekat) dengan rumah si anang (biasanya memanggil KH.Husein Qadri) aku akan datang kerumahnya. Akan tetapi rumahku jauh terpaksa setelah sholat subuh aku baru bisa ke rumahnya, ketika aku sampai di rumahnya, nafasnya telah habis (wafat). Tidak ada yang dapat menyamai Anang (KH Husien Qadru) masalah kehebatannya, antara syariat dan hakikat, baginya sama berat timbangannya.”
KH.Syarwani Abdan Bangil juga pernah berkata tentang KH.Husein Qadri : “Tidak ada yang bisa menyamainya, apalagi melebihi akhlak H.Husein Qadri di zaman sekarang dan akan datang.”
Baca Juga:
Sementara itu, seorang ulama besar dari Aceh pernah datang ke Martapura untuk menghadiri pengajian rutin Qadhi KH.Husein Qadri di Masjid Al Karomah, Martapura pada waktu ashar, beliau duduk di tengah orang banyak bersama temannya, ia menyamar sebagai orang biasa, usai pengajian iapun berkomentar kepada temannya tadi.
“Tidak ada yang dapat menyamai ulama ini, kalau segi ilmu mungkin banyak ulama lain juga memilikinya, tapi ia memiliki Nur yang langsung ia dapat dari Allah SWT inilah yang membedakannya dengan orang lain ”.
Pernah suatu hari setelah beliau wafat, seorang dari pulau Sumatera datang berkunjung ke Kota Martapura dan berkeliling di Pasar Martapura sampailah ia bertemu dengan Habib Zein al-Habsyi, iapun langsung menanyakan Kitab Senjata Mukmin karangan KH.Husein Qadri, kemudian Habib Zein Al- Habsyi mengambilkannya dan menyerahkan kepada orang tersebut. Orang itu lalu membayarnya dengan biaya yang mahal, lalu ia cium foto KH.Husein Qadri seraya berkata : “Inilah keperluanku datang dari pulau Sumatera kesini dan inilah sebenar- benarnya Wali Allah yang besar”. dan banyak lagi pujian yang ditujukan kepadanya baik dari teman maupun murid muridnya.
KH.Husein Qadri Al-Banjari adalah saudara seayah lain ibu dengan KH. Badruddin (Guru Ibad).
Baca Juga:
Setelah sekian tahun berkiprah dalam dakwah menegakkan hukum Islam, mengayomi masyarakat tanpa pamrih, akhirnya pada Jum’at, 27 Jumadil Awwal 1387 H, beliau berpulang ke Rahmatullah, jasadnya dimakamkan di Desa Tunggul Irang Martapura berdampingan dengan ayah dan kakeknya.(ff)