Tetap Bertahan Kala Ekonomi Semakin Memburuk

Oleh: Hayqal Hazmi Qastari


KAKEK tua rentan ini duduk merenung dengan raut wajah terkesan tampak bingung dengan barang dagangannya, bukan tidak ada yang membeli tetapi baru–baru ini peristiwa tidak terduga terjadi di tahun ini, seluruh dunia sedang mengalami gejolak ekonomi global disebabkan oleh sebuah pandemi Covid-19.

Kehidupan masyarakat Indonesia seakan dipaksa menangis dengan kondisi pertumbuhan ekonomi yang semakin lama semakin menurun. Dilansir oleh media online Detik News, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pertumbuhan ekonomi Triwulan III 2019 sebesar 5,02% (yoy). Angka itu menggambarkan penurunan ekonomi Indonesia sedang terjadi saat ini.

Tren pertumbuhan ekonomi menurun sudah terdeteksi sejak awal tahun, dari pertumbuhan yang hanya mampu pada level 5,07% pada Triwulan I, dan merosot lagi pada level 5,05 pada Triwulan II sampai penurunan terjadi saat ini (Triwulan III). Dari lansiran ini tentunya menjadikan sebuah keprihatinan tersendiri bagi kita, rakyat Indonesia dalam menghadapi penurunan ekonomi sedang terjadi.

Pemerintah harus memikirkan kembali rakyatnya dengan berbagai kerugian dialami oleh seluruh lapisan masyarakat yang belakangan ini selalu ramai terekspos di kalangan media massa. Masyarakat seakan meminta kepastian akan kesejahteraannya di situasi pandemi ini, semua aktivitas dan layanan seakan padam tidak ada menunjukkan pergerakan sama sekali.

Masyarakat dipaksa untuk melakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dengan melakukan seluruh aktifitas di dalam rumah dengan pembatasan kegiatan meliputi peliburan sekolah dan tempat kerja, pembatasan kegiatan keagamaan, dan pembatasan kegiatan di tempat atau fasilitas umum.

PSBB dilakukan untuk menghentikan penyebaran virus mematikan ini tanpa tahu nasibnya akan seperti apa, tak menyangkal bahwa masyarakat kelas menengah ke bawah yang bermata pencahariannya bergantung pada pendapatan harian memberontak apabila PSBB ini dijalankan mereka tidak mendapatkan pendapatan demi memenuhi kesehariannya, ditambah lagi dengan berkurangnya pendapatan negara mengakibatkan lonjakan nilai mata rupiah menurun.

Dilansir menurut laman berita nasional; katadata.co.id. Nilai tukar rupiah pada pembukaan perdagangan di pasar spot awal pagi itu, Selasa (12/5/2020) melemah 0,29% ke level Rp14.939 per dolar AS. Mengutip Bloomberg, rupiah terus bergerak melemah pada pagi ini dan berada di posisi Rp14.951 per dolar AS. Rupiah tertekan kekhawatiran gelombang kedua kasus virus corona usai pelonggaran lockdown beberapa negara.

Dengan demikian perkiraan rupiah berpotensi melemah pada hari ini memunculkan kekhawatiran dengan pergerakan menuju ke arah resisten Rp15.150 dengan potensi support di Rp14.800 per dolar AS. Apabila hal ini tidak segera dituntaskan maka ke depannya negara Indonesia mengikuti negara-negara lain yang mengalami resesi. seperti negara Meksiko, Turki, dan Hong Kong pertumbuhan ekonomi di negara tersebut mengalami negatif dua kuartal atau lebih selama satu tahun.

Dilansir pada media massa online CNBC, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengungkapkan dalam bahan paparannya, bahwa perekonomian dunia akan mengalami kontraksi yang sangat dalam tahun ini. Ini ramalan yang agak mengerikan, dan kita semua harus bersiap-siap menghadapinya.

Pengangguran akan meningkat tajam di berbagai negara di karenakan aktivitas kita yang sangat menurun terutama di sektor ekonomi disebabkan oleh pembatasan sosial sehingga mobilitas manusia-nya semakin berkurang.

Apabila wabah pandemi ini tidak segera terselesaikan maka negara akan mengalami krisis ekonomi berkepanjangan, seperti contohnya negara Hong Kong yang sudah berada di ujung jurang resesi nilai mata uang Hong Kong semakin menurun dan resesi terjadi di negara ini yang menyebabkan pengangguran semakin meningkat, bahan-bahan pokok semakin mahal dan berdampak kepada seluruh lapisan masyarakat di sana.

Apabila keadaan ini terjadi terus menerus hal – hal yang mungkin dialami negara Hong Kong terjadi juga pada negara Indonesia, dan tidak mungkin hal paling dihindari pun terjadi yaitu masyarakat akan memberontak dan paling fatal ialah masyarakat melakukan penjarahan secara besar-besaran untuk memenuhi bekal dalam bertahan hidup.

Tentu hal ini tidak boleh dibiarkan terjadi, solusi dari situasi pandemi seperti ini adalah masyarakat indonesia terutama seluruh penduduk bumi harus menyadari betapa bahaya-nya virus pandemi ini dan masyarakat harus mematuhi arahan berserta peraturan dari pemerintah selagi pemerintah menyiapkan program bantuan sosial untuk di salurkan kepada masyarakat.

Masyarakat dihimbau untuk tinggal dan menetap di dalam rumah apabila ada sesuatu urusan kepentingan mendadak yang dipaksa untuk harus bepergian keluar rumah maka dianjurkan untuk menggunakan masker dan rajin – rajinlah mencuci tangan, baju atau semua anda kenakan selama bepergian.

Jangan lupa untuk membersihkan badan sehabis bepergian untuk memutuskan rantai penyebaran pada virus tersebut apabila solusi tersebut telah di lakukan maka kemungkinan besar pandemi virus ini akan hilang dan kehidupan akan kembali berjalan normal.*