Tidak adanya skeatpark atau taman untuk berolahraga skeatboard (papan seluncur) di kota Rantau, kabupaten Tapin ini, membuat para pemuda maupun komunitas olahraga skeatboard menggunakan trotoar yang ada di siring Tapin.
RANTAU, koranbanjar.net – Terpantau tim media ini, para pemuda-pemudi Tapin biasanya berkumpul dan bermain skeatboard di trotoar siring itu pada sore hari (hampir setiap hari).
Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Tapin, Yustan Azidin kepada koranbanjar.net, Senin (22/6/2020) siang.
“Trotoar adalah bangunan pelengkap jalan. Fungsinya untuk pengguna jalan kaki, sepeda, di situ juga ada jalur warna kuning, itu artinya buat pejalan kaki yang berkebutuhan khusus. Jika difungsikan untuk penggunaan lain, maka akan mengganggu pejalan kaki,” kata Kadis PUPR Tapin dalam pesan whatsapp.
Lebih lanjut, Azidin memaparkan, pihaknya tidak berwenang untuk memberikan teguran dan larangan secara langsung. “Mungkin pihak Satpol PP yang bisa menegur langsung, karena trotoar itu kan milik Pemda Tapin,” tulisnya lagi.
Secara terpisah, seorang pemain skeatboard Tapin, Yugha Wardhana kepada koranbanjar.net mengatakan, dirinya terpaksa bermain skeatboard di trotoar itu karena tidak adanya lapangan resmi skeatboard di Tapin.
“Rami di sini latihan skeat, kadada pang kita beisian skeatpark. Paksaai di sini,” ujar Yhuga Wardhana, seorang pemain skeatboard dalam bahasa banjar.
Ia juga mengatakan, komunitasnya pernah juga mengajukan proposal ke Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Tapin untuk satu bantuan atau meminta agar dibangunkan tempat skeatboard di Tapin. “Suah semalam maantar proposal, tapi kadada tanggapan,” imbuh dia. (san/maf)