Scroll ke bawah untuk melanjutkan
Koran Banjar
Politik

Spanduk Tolak Politik Uang Rusak, Aliansi Masyarakat; Jika Tak Lakukan, Mengapa Takut?

Avatar
1186
×

Spanduk Tolak Politik Uang Rusak, Aliansi Masyarakat; Jika Tak Lakukan, Mengapa Takut?

Sebarkan artikel ini
Aliansi Anti Money Politik Kalimantan Selatan. (foto: ist)
Aliansi Anti Money Politik Kalimantan Selatan. (foto: ist)

Belakangan marak spanduk tolak politik uang terpampang di mana-mana, terakhir spanduk berupa imbauan tidak berkampanye dengan menggunakan politik uang tersebut diduga telah dirusak, kemudian dicabut orang-orang tak bertanggung jawab atau oknum tak dikenal.

BANJARMASIN, koranbanjar.net – Ketua Aliansi Anti Money Politik Kalimantan Selatan, Achmad Syarif mengecam adanya tindakan pengrusakan spanduk tolak politik uang tersebut.

Advertisement
Koran Banjar
Scroll ke bawah untuk melanjutkan

“Pesan di dalamnya sangat baik, memberikan perlawanan terhadap praktik politik uang yang menjadi cikal-bakal bencana bagi warga. Harusnya didukung bersama. Ini justru dicabut, bahkan dilaporkan ke Bawaslu oleh oknum yang berkamuflase mengatasnamakan warga,” ujar Syarif dalam keterangan rilis yang diterima media ini di Banjarmasin, Sabtu (22/5/2021)

“Peristiwa pencabutan spanduk tolak politik uang ini menimbulkan pertanyaan, mengapa ada pihak yang sangat takut dengan kehadiran pesan-pesan anti-politik uang dalam spanduk itu?” ucapnya.

Padahal, pemasangan spanduk melawan dan menolak politik uang secara swadaya oleh masyarakat merupakan bagian dari partisipasi publik dalam pengawasan PSU.

Hal ini selaras dengan agenda Forum Warga Pengawas Pemilu, sebuah gagasan yang dicetuskan Bawaslu Kalsel sebagai upaya meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengawasan Pilkada.

Perlawanan masyarakat terhadap politik uang dalam pemungutan suara ulang (PSU) Pilgub Kalimantan Selatan mendapat tantangan baru dari oknum-oknum tidak bertanggung jawab. Hampir seluruh spanduk-spanduk peringatan terhadap bahaya politik uang dicabuti dan dirusak orang tak dikenal.

Sebelumnya, terdapat berbagai laporan yang diarahkan ke calon gubernur 02, Denny Indrayana dari pihak-pihak yang mengaku sebagai warga. Namun setelah ditelusuri, yang bersangkutan merupakan pendukung dari pasangan BirinMu.

Diingatkannya kembali, peristiwa yang terjadi di Masjid Nurul Iman, ada orang tua yang mengaku warga setempat bernama Aman. Ia diduga memancing keributan dengan tim hukum H2D.

“Lalu dirinya bersuara di media seakan-akan warga yang menjadi korban. Setelah ditelusuri, ternyata merupakan pendukung militan BirinMu. Ada spanduk BirinMu terpampang besar di depan rumahnya,” cetusnya.

Kedua, seorang yang mengaku warga setempat bernama Safruddin. Lagi-lagi di media dirinya mengaku sebagai warga setempat. Setelah diselidiki, ternyata Safruddin adalah salah satu pendiri relawan Jaga Banua bentukan BirinMu.

Ketiga, seorang yang mengaku tokoh warga di Banjarmasin bernama Din Jaya. Setelah ditelusuri, rupanya dia adalah salah satu pentolanTim BirinMu. Dan masih banyak laporan-laporan serupa, urainya.

“Sekarang ada lagi oknum mengaku warga melaporkan spanduk tolak politik uang. Modus ini sudah basi dan justru jadi bumerang. Masyarakat yang “sebenarnya” justru bertanya, mengapa ada yang sangat takut dengan gerakan melawan politik uang? Jika memang berniat tidak akan melakukan politik uang, kenapa takut?” tandasnya.

Syarif juga memperingatkan kepada oknum yang mencabut spanduk-spanduk tolak politik uang agar tidak memancing potensi gesekan yang terjadi di masyarakat.

Karena menurutnya, semangat menolak politik uang adalah kehendak rakyat, dan juga program terencana yang telah dan sedang dilaksanakan oleh jajaran Bawaslu dari tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota, hingga kecamatan.

Dan kemudian setiap pesan tolak politik uang yang tersebar ke masyarakat adalah bentuk perbantuan kinerja pengawas pemilu yang dilakukan masyarakat.

“Jangan lakukan tindakan yang arogan dengan mencabut secara diam-diam spanduk tolak politik uang. Jika ketahuan, bisa memunculkan gesekan dan keributan di tengah masyarakat.” pungkas Syarif.

Sebelumnya suara masyarakat untuk menolak politik uang terjadi semakin masif. Mereka bersandar pada nasihat para tuan guru dan ulama-ulama kenamaan. Salah satu yang dikutip adalah isi ceramah Ustad Abdul Somad (UAS) yang videonya viral beredar di masyarakat. UAS menyatakan “ambil uangnya, jangan pilih orangnya, siap!!” kemudian masyarakat menjawab dengan antusias “siap!!”.

Pesan UAS ini ditengarai sebagai bentuk perlawanan sekaligus pembelajaran yang efektif bagi para pelaku politik uang, agar tidak menggunakan cara-cara maksiat dalam meraih jabatan.

Pesan ini rupanya begitu diterima dan turut diperjuangkan oleh masyarakat Banua, mengingat latar belakang warga yang sangat agamis.(yon/sir)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Protes RUU Anggota Parlemen Menari Perang Prabowo Ajak Puasa 5 Tahun KPK Lelang Barang Koruptor Gus Miftah Meminta Maaf Gus Miftah Ejek Penjual Es Teh