Scroll ke bawah untuk melanjutkan
Koran Banjar

Sopir Taksi Umum di Tengah Pandemi dan Menjamurnya Travel, Turun Jam 5 Subuh, Itu pun Belum Tentu Ada Penumpang

Avatar
540
×

Sopir Taksi Umum di Tengah Pandemi dan Menjamurnya Travel, Turun Jam 5 Subuh, Itu pun Belum Tentu Ada Penumpang

Sebarkan artikel ini

Hamdi (46), adalah satu dari sekian banyak sopir taksi umum yang merasakan dampak pandemi Covid dan menjamurnya mobil travel. Untuk mendapatkan penumpang, dia harus turun dari rumah ke terminal setiap pukul 05.00 wita, itupun belum tentu mendapatkan penumpang.

BANJARMASIN, koranbanjar.net – Hamdi merupakan sopir taksi umum jurusan Amuntai – Banjarmasin, yang tinggal di Pasar Sabtu, Alabio, Kabupaten Hulu Sungai Utara. Pandemi dan menjamurnya travel, menyebabkan dia kehilangan pendapatan yang cukup drastis hingga mencapai 50 persen dari biasanya.

Advertisement
Koran Banjar
Scroll ke bawah untuk melanjutkan

Kepada koranbanjar.net, Hamdi saat ditemui di Terminal Induk Km 6 Banjarmasin, Minggu, (4/4/2021) mengungkapkan, dia memiliki satu istri dan tiga anak. Dengan pendapatan yang kian menurun, Hamdi sangat kesulitan mengelola biaya hidup bersama keluarga.

“Mobil ini bukan milik pribadi saya, tetapi milik seorang yang bermukim di Kandangan, Hulu Sungai Selatan. Jadi, tiap hari, saya harus setor ke pemilik mobil dan saya hanya dapat persen dari hasil tarikan,” ungkapnya.

Menjadi seorang sopir taksi umum, jelasnya, tentu menghadapi kemungkinan resiko yang cukup besar. Antara lain, keseharian di jalan mempunyai resiko kecelakaan dan harus mengutamakan keselamatan penumpang.

“Setiap hari, saya mulai beraktifitas dari Amuntai, mangkal di Muara Tapus dari jam 5 sampai 6 subuh untuk menunggu penumpang dengan tujuan Banjarmasin,” katanya.

Berangkat dari Amuntai menuju Banjarmasin tidak menentu, kadang pagi dan kadang siang. Bahkan bisa pula berangkat tanpa penumpang. Dia tidak pernah menginap di Banjarmasin, setiap hari harus bolak balik antara Amuntai-Banjarmasin. “Biasanya, setelah membawa penumpang dari Amuntai ke Banjarmasin, nanti saya pulang ke Amuntai dengan penumpang seadanya, sambil mengharap penumpang di tepi jalan,” bebernya.

“Penghasilan yang diperoleh selama pandemi ini, memang sangat sulit,” imbuhnya.

Satu hari kerja, dia hanya bisa membawa pulang antara Rp75 ribu sampai Rp100 ribu. “Berbeda dengan sebelum masa pandemi, saya bisa membawa uang Rp200 ribu sehari bersih, itu sudah dipotong dengan setoran ke pemilik mobil,” ungkapnya.(mj-33/sir)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Protes RUU Anggota Parlemen Menari Perang Prabowo Ajak Puasa 5 Tahun KPK Lelang Barang Koruptor Gus Miftah Meminta Maaf Gus Miftah Ejek Penjual Es Teh