Scroll ke bawah untuk melanjutkan
Koran Banjar
Hukum & Peristiwa

SDIT Ukhuwah Bertemu DP3A Kupas Soal Perkelahian Siswa, Ada Dugaan Eksploitasi Dibalik Framing Bullying

Avatar
3780
×

SDIT Ukhuwah Bertemu DP3A Kupas Soal Perkelahian Siswa, Ada Dugaan Eksploitasi Dibalik Framing Bullying

Sebarkan artikel ini
Pertemuan pihak SDIT Ukhuwah Banjarmasin dengan Dinas DP3A Kota Banjarmasin. (Foto: Tim/Koranbanjar.net)

Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Ukhuwah Banjarmasin membeberkan hasil pertemuan dengan Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Kota Banjarmasin beberapa waktu lalu.

BANJARMASIN, koranbanjar.net Dari hasil pertemuan tertutup teresebut, Wakil Kepala Sekolah bidang Kesiswaan SDIT Ukhuwah Banjarmasin Ustazah Handayani menyampaikan bahwa DP3A berkesimpulan sementara atas kekisruhan perkelahian siswa SDIT Ukhuwah Banjarmasin kelas 5 itu bukanlah tindakan bullying atau perundungan seperti yang selama ini diangkat oleh beberapa platform media online dan media sosial.

Advertisement
Koran Banjar
Scroll ke bawah untuk melanjutkan

“Hal itu setelah kami tunjukan berbagai bukti dan rekaman CCTV dan catatan perkembangan kedua anak yang terlibat selama sekolah di SD Ukhuwah ini,” ujar Ustazah Handayani kepada koranbanjar.net ketika dikonfimasi dan membenarkan adannya pertemuan itu di ruang Kepala Sekolah SDIT Ukhuwah Banjarmasin Jalan Lingkar Dalam Kecamatan Banjarmasin Selatan, Sabtu (29/3/2025).

Lanjut Ustazah Handayani, DP3A menyatakan peristiwa yang terjadi bukanlah bullying, melainkan hanya perselisihan spontan antar anak yang terjadi dalam konteks candaan dan permainan.

Bahkan dalam pertemuan silaturahmi itu juga hadir ayah kandung anak yang melaporkan kasus ini, disitu DP3A menegaskan bila trauma yang dialami anak bukan akibat kejadian di sekolah, melainkan dari tekanan yang berlebihan dan framing dan pembahasan berulang yang dilakukan oleh orang tua saat di rumah.

“Ayah kandung korban hadir di waktu yang berbeda yah,” sebutnya.

Hal ini menurut Ustazah Handayani justru mengungkap bila framing yang selama ini dilakukan oleh beberapa pihak yang memiliki kepentingan tertentu terkait adanya pemberitaan terus menerus dengan istilah bullying, akan berdampak kepada seluruh anak. Bukan hanya dalam perkara ini namun secara menyeluruh bagi siswa siswi SDIT Ukhuwah.

“Justru atas tindakanya tersebut berdampak kepada kondisi psikologis anaknya sendiri secara langsung, oleh kerenanya dalam kasus ini berpotensi sebagai bentuk adanya indikasi dugaan eksploitasi anak” duganya.

“Alih-alih memberikan perlindungan, orang tua sambung diduga membentuk narasi yang memperbesar peristiwa hingga menyebabkan trauma pada anak,” sambung Ustazah Handayani lagi.

Lebih jauh, DP3A Kota Banjarmasin setelah melihat bukti-bukti, baik rekaman CCTV dan rekam jejak progress perkembangan anak disekolah, juga membantah adanya biaya konsultasi dalam audiensi terkait kasus ini. Sebagaimana informasi yang beredar di media sosial.

DP3A menegaskan bila seluruh proses audiensi bersifat gratis karena biayanya ditanggung oleh negara. Ini sangat bertolak belakang dengan pernyataan dari orang tua sambung yang melaporkan dan mengaku telah mengeluarkan uang untuk biaya konsultasi pengobatan sebagaimana dinyatakan di berbagai platform media online.

Selain itu, fakta lain yang mengejutkan terungkap, terkait motif di balik framing kasus ini. Ayah kandung korban secara tegas menolak dugaan eksploitasi yang dilakukan oleh pihak-pihak tertentu yang diduga berupaya mengambil keuntungan dari peristiwa ini.

Bahkan, terungkap adanya permintaan kompensasi dari pihak, yang mengaku sebagai orang tua sambung anaknya, sebesar Rp3.000.000 per minggu, yang jika dikalikan 12 bulan mencapai angka fantastis Rp144.000.000.

“Dan harus dibayarkan secara tunai berdasarkan pemberitaan di beberapa media yang diakui oleh pihak yang mengaku sebagai pelapor,” terangnya.

Ironisnya, pihak-pihak tertentu justru sengaja memframing sekolah sebagai penyebab trauma anak, padahal DP3A yang pada saat itu hadir di sekolah SDIT ukhuwah dengan melihat bukti-bukti konkrit yang diperlihatkan secara terang dan jelas.

“Mereka menegaskan bila tidak ada bullying dalam perkara ini sebagaimana yang diberitakan sebelumnya, dan sampai saat ini proses pendampingan di sekolah, DP3A dan psikolog masih berjalan dan belum sampai final,” ucapnya.

Pertemuan di Kantor DP3A Kota Banjarmasin, Selasa (25/3/2025). (Foto:Tim/Koranbanjar.net)

Lebih jauh dikatakan, fakta ini mengungkap upaya dugaan eksploitasi anak demi kepentingan pribadi dan permainan opini publik.

“Siapa sebenarnya pelaku utama yang menghancurkan mental anak? Warganet saat ini bisa menilai,” katanya.

Dengan adanya temuan ini, publik harus lebih kritis terhadap berita yang beredar di media sosial. Jangan sampai berita hoax dan framing kasus semacam ini dimanfaatkan untuk kepentingan finansial segelintir pihak dengan mengorbankan kondisi psikologis anak.

“Pihak sekolah sendiri telah berupaya melakukan mediasi dengan baik, namun justru narasi yang tidak benar terus digaungkan untuk membentuk opini negatif,” akunya.

Masyarakat diharapkan dapat lebih cerdas dalam menyaring informasi serta tidak mudah terprovokasi oleh isu yang belum terverifikasi kebenarannya.

“Pemerintah dan aparat penegak hukum diharapkan dapat menindak tegas pihak-pihak yang menyebarkan berita bohong demi keuntungan pribadi, terutama yang melibatkan anak-anak dalam prosesnya,” harapnya.

Tanggapan Pihak Orang Tua Korban

Menanggapi kabar mengejutkan di atas yang disebut pihak SDIT Ukhuwah mengarah pada fakta baru mengejutkan terkait perkelahian siswa kelas 5 SDIT Ukhuwah Banjarmasin, Reza Febiardy ayah sambung korban berujar ya silahkan,” mereka berpendapat seperti apa. Setiap orang berhak membuat suatu jawaban.

“Termasuk saya punya dan bebas untuk berpendapat. Yang jelas sudah pasti anak saya dipukulin dicekek dibanting ditendang berarti ada kekerasan pada anak saya,” ucap Reza Febiardy yang mengaku memimpin 3 lembaga pendidikan tinggi di Jakarta ini saat dihubungi via telepon, Selasa (1/4/2025) siang.

Dikatakannya, perihal itu bullying atau perundungan atau apapun itu, Reza meminta semua pihal menunggu hasil dan keputusan pengadilan dan kepolisian.

“Kan sudah diproses di jalur hukum jadi yah silahkan saja tunggu aja hasilnya,” ucapnya.

Reza juga menanyakan balik, mengapa guru-guru yang dipanggil beberapa kali untuk memberikan keterangan di kepolisian tidak berhadir

“Terus yang bilang mengekspos anak terus- menerus siapa tanya saja ke mereka. Kami tidak pernah mengekspos anak. Kami ekspos masalah anak kami dipukulin dianiyaya, apa salah,” tanya Reza balik menyerang.

Ditanya tanggapannya soal kedatangan ayah kandung korban dan turut berstatmen, Reza berucap dirinya mengaku tidak tahu.

“Tidak ada WA (WhatsApp) dan gak ada nengokin anaknya tuh, kalau ada datang, kan seharusnya nengokin kondisi anaknya dulu utama, ini jangankan nengokin, nanya aja gak ada sama sekali,” ungkapnya.

Kemudian terkait indikasi adanya dugaan ekploitasi anak yang mereka lakukan dibalik framing bullying di medsos yang terus-menerus diviralkan, Reza juga menanggapimya dengan santai sembari berkata,”silahkan aja berpendapat kan boleh-boleh saja dan sah aja negara demokrasi kok hukum yah hukum aparat penegak hukum lah yang berhak menentukan polisi dan hakim,” tutupnya.

Hingga sekarang kasus perkelahian antar 2 siswa kelas 5 SDIT Ukhuwah Banjarmasin terus bergulir hingga ke ranah hukum dan terus terekspos di media sosial.

Akan tetapi pihak sekolah lebih fokus terhadap pendampingan bagi anak-anak yang terdampak khususnya bagi mental dan prikologinya kedepan atas pemberitaan yang sengaja diangkat dan di framing sedemikaian rupa. Dimana anak-anak akan mengalami dampak yang sangat besar atas adanya pemberitaan tersebut.

“Namun dari pihak orang tua yang mengaku sebagai korban masih bersikukuh dengan pendirian dan asumsi sendiri dengan selalu mengangkat pemberitaan di media sosial,” pungkas Ustazah Handayani seraya menyayangkan. (yon/bay)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Protes RUU Anggota Parlemen Menari Perang Prabowo Ajak Puasa 5 Tahun KPK Lelang Barang Koruptor Gus Miftah Meminta Maaf Gus Miftah Ejek Penjual Es Teh