Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Lambung Mangkurat melaksanakan pengabdian kepada masyarakat melalui Program Dosen Wajib Mengabdi (PDWA) Tahun 2022.
BANJARMASIN, koranbanjar.net – Menurut ketua pelaksana, Sarah Miriam, M.Sc., M.Pd., penyusunan bahan ajar fisika berbasis lingkungan lahan basah dalam setting multi model untuk melatih kemampuan pemecahan masalah siswa diperlukan oleh guru fisika.
“Kegiatan ini selaras dengan misi ULM yakni menyelenggarakan Tridharma Perguruan Tinggi yang berkeadilan, berkesetaraan, berkualitas, dan relevan dengan perkembangan IPTEKS yang berfokus pada program unggulan lingkungan lahan basah,” ujarnya melalui siaran tertulis yang diterima redaksi koranbanjar.net, Minggu, (24/7/2022).
Lebih lanjut dijelaskan, Pengabdian ini berfokus pada isu SDG’s dengan prioritas isu pendidikan bermutu, dimana mutu pendidikan belum merata. Menjadi guru fisika di abad ini memiliki tantangan yang lebih berat.
“Guru fisika harus mengajarkan tentang keterampilan abad 21. Kompetensi ini diantaranya adalah Problem Solving (Kemampuan Pemecahan Masalah, red),” imbuhnya.
Sementara itu, Koordinator Program Studi Pendidikan Fisika FKIP ULM, Abdul Salam M.,M.Pd mengungkapkan bahwa kemampuan pemecahan masalah merupakan tuntutan zaman kekinian sehingga perlu menjadi perhatian semua guru, termasuk guru fisika untuk melatihkannya ke peserta didik.
“Pesatnya perkembangan teknologi dan derasnya arus globalisasi telah berpengaruh pada perubahan pola hidup masyarakat baik budaya bangsa maupun budaya lokal. Pembelajaran fisika di Indonesia sudah saatnya berpijak pada budaya masyarakat setempat agar memiliki perhatian khusus terhadap karakteristik budaya lokal sehingga dapat dimanfaatkan sebagai potensi pengembangan pendidikan,” ujarnya.
Masih menurut Abdul Salam, “Nilai-nilai budaya yang menjadi perekat kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara semakin luntur. Minimnya jembatan antara ilmu pengetahuan formal yang diajarkan di sekolah dan kearifan lokal menjadi masalah yang menyebabkan ditinggalkannya nilai-nilai budaya dan kearifan lokal. Padahal, Indonesia merupakan negara yang kaya akan ragam budaya bangsa.”
Analisis berbagai publikasi ilmiah menunjukkan bahwa pembelajaran abad 21 membutuhkan pembelajaran yang inovatif. Salah satu inovasi pembelajaran yang saat ini adalah multi model. Multi model adalah kumpulan beberapa model pembelajaran yang bertujuan sama yaitu untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Menurut Drs. Zainuddin, M.Pd., selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan MIPA FKIP ULM yang juga menjadi narasumber, terdapat beberapa pertimbangan pada multi model, yaitu pada mata pelajaran yang akan berpengaruh terhadap hasil pemahaman peserta didik dan kondisi psikologi peserta didik.
Multi model juga berupaya untuk mengakomodir gaya belajar peserta didik sesuai model pembelajaran yang akan digunakan pada proses pembelajaran, gaya belajar yang dimaksud dapat dibedakan menjadi visual, auditorial, dan kinestik.
“Pembelajaran perlu didukung oleh ketersediaan bahan ajar, begitu juga pembelajaran multi model. Bahan ajar merupakan bagian penting dalam proses pembelajaran,” ungkap Drs. Zainuddin, M.Pd.
Menurutnya, bahan ajar dapat digunakan untuk membekali keterampilan abad 21 diantaranya pemecahan masalah siswa. Paradigma pembelajaran abad 21 menekankan kepada kemampuan siswa untuk memiliki kemampuan pemecahan masalah sehingga mampu menghubungkan ilmu dengan dunia nyata, menguasai teknologi informasi komunikasi, dan berkolaborasi.
“Bahan ajar berbasis potensi lokal yang berorientasi pada lingkungan dapat memberikan informasi tentang potensi yang ada di daerah tersebut dan dapat dikembangkan menjadi ide-ide kreatif,”
Kegiatan ini dilaksanakan Bersama mitra pengabdian, yakni Guru Fisika di Kabupaten Tapin yang tergabung dalam Forum Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Fisika Kabupaten Tapin.
Forum ini bernaung di bawah Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan.
Salah satu rangkaian kegiatan adalah workshop yang dilaksanakan di SMAN 1 Rantau pada 22-23 Juli 2022.
Narasumber pada kegiatan ini adalah beberapa dosen dari Program Studi Pendidikan Fisika FKIP ULM, yakni Sarah Miriam, M.Sc., M.Pd., Abdul Salam M., M.pd., Dewi Dewantara, M.Pd., Drs. Zainuddin, M.Pd., dan Surya Haryandi, M.Pd. Kegiatan ini juga di bantu oleh beberapa mahasiswa-mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika FKIP ULM, termasuk ketua Himpunan Mahasiswa Pendidikan Fisika (Himapsika) FKIP ULM Periode 2022/2023. (rilis/adv/hip)