Scroll ke bawah untuk melanjutkan
Koran Banjar
Nasional

Predatory Pricing Bikin Pedagang Kecil Menjerit Hingga Dituding Rusak Harga Pasar

Avatar
745
×

Predatory Pricing Bikin Pedagang Kecil Menjerit Hingga Dituding Rusak Harga Pasar

Sebarkan artikel ini
Pantauan kondisi di sebuah pusat perbelanjaan kawasan Kuningan, Jakarta Selatan pada Jumat, 29 September 2023. (Beritasatu.com / Medikantyo Junandika Adhikresna)

Istilah banting harga selama puluhan tahun belakangan sering kita dengar ketika ketika para penjual produk sedang melakukan diskon besar-besaran, bahkan kerap kita sebut dalam istilah cuci gudang.

Namun sekarang praktik tersebut hamper sudah tidak terjadi lagi, sebab penjualan barang di bawah standar harga atau yang disebut predatory pricing lebih santer terdengar di era sekang, kondisi itupu menyebabkan dampak besar bagi pedagang kecil.

Advertisement
Koran Banjar
Scroll ke bawah untuk melanjutkan

Jakarta, Koranbanjar.net – Pasalnya, kehadiran barang-barang dengan harga murah memengaruhi harga pasar yang membuat dagangan bara pedagang kecil tidak laku.

Dilansir dari Beritasatu.com diakui oleh salah seorang pedagang pakaian bernama Murti, ketika menyambangi langsung sebuah pusat perbelanjaan di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan pada Jumat (29/9/2023). Murti menyebut praktik tersebut sebenarnya umum ditemui dan dilakukan oleh para pedagang, termasuk saat memiliki stok barang berlebih.

Hanya saja, keberadaan pedagang di platform daring atau e-commerce yang memasang banderol lebih rendah dibandingkan rata-rata pasar, membuat pedagang kecil kesulitan.

“Tidak jarang ada konsumen yang langsung menawar harga sebuah pakaian seperti yang dipasang pedagang online itu. Ya saya jawab, kalau harga segitu pedagang seperti saya belum balik modal,” ujar Murti saat ditemui di lapak yang ia jaga.

Ia turut menyesalkan banyak pedagang mengambil keputusan untuk mengambil strategi tersebut, terlebih dengan adanya akses bagi mereka mendatangkan barang langsung dari pabrik. Dengan melakukan praktik predatory pricing saat berjualan, penjual tersebut sudah merusak pasarnya sendiri selain tentunya potensi pendapatan pedagang lain.

Murti berharap pemerintah seharusnya menertibkan lebih dahulu standar barang atau bahan pakaian yang beredar di pasaran. Upaya tersebut harus dibarengi dengan pengetatan akses masuk barang impor agar berjalan optimal, ketimbang hanya membatasi penggunaan platform social commerce seperti TikTok Shop.

“Kalau sebelumnya itu jelas. Misalnya, kalau kita jualan (baju) seragam dengan bahan A itu harganya segini. Dari situ kan nanti semua pedagang akan menjual dengan harga yang kurang lebih sama, jadi lebih adil,” katanya menjelaskan.

Dalam kesempatan terpisah, Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan juga mengungkap kelakuan pedagang besar yang melakukan praktik predatory pricing melalui platform daring. Banyak dari pedagang atau perusahaan besar ini memiliki jalur dan modal mendatangkan barang-barang dari pabrik di Tiongkok.

Tidak jarang, barang-barang ini ditawarkan melalui berbagai kanal baik marketplace e-commerce atau social commerce seperti TikTok Shop. Hal itu berakibat pada lesunya pedagang dengan skala kecil menengah, terutama di pasar maupun pusat perbelanjaan.

“Biasanya perusahaan besar itu dagang pakai predatory pricing. Jadi kalau harga pasarannya Rp 10.000, dia jual Rp 5.000. Pelanggan sudah pindah, dia ambil untung. Makanya kita atur tidak boleh begitu, ini ditata oleh pemerintah,” ujar mendag saat ditemui di Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat, Kamis (28/9/2023).

Beredarnya produk dengan harga jual di bawah rata-rata pasar menimbulkan tekanan permintaan serta anjloknya omzet pedagang. Mendag menegaskan, pihaknya akan terus melakukan pengetatan terhadap masuknya sejumlah komoditi impor dengan harga di bawah rata-rata pasar.

(Beritasatu.com/rth)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Protes RUU Anggota Parlemen Menari Perang Prabowo Ajak Puasa 5 Tahun KPK Lelang Barang Koruptor Gus Miftah Meminta Maaf Gus Miftah Ejek Penjual Es Teh