Kementerian Pertanian (Kementan) terus mengupayakan pemanfaatan teknologi terutama dalam sektor pertanian, atau disebut juga smart farming.
BANJARBARU,koranbanjar.net – Smart Farming menjadi solusi untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas pertanian di berbagai negara termasuk Indonesia.
Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (SYL) mengatakan, sektor pertanian hanya bisa diintervensi oleh hadirnya kemajuan dan perkembangan teknologi modern.
Pertanian tidak bisa diolah lagi dengan cara tradisional yang memakan biaya, waktu, tenaga dan juga pikiran.
“Yang jelas, kita tidak bisa mencoba dengan peradaban yang lalu. Caranya adalah mengembangkan Smart Green House ini yang akan meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani,” ujar Mentan SYL.
Lanjut Mentan, dreaming, believing, and make it happen. Believe your dream, and believing dreams come true, tapi kalau kalian yakin dengan dirimu, dan kalian mau belajar.
“It’s your era! Eramu ini, kalian punya gadget, kalian punya digital dan kalian punya link. Gunakan untuk membangun sebuah virtual system mendunia. Ilmu itu harus dipaksa, paksaki! Jangan cuman bagus di Planing, Action dong! action itu jangan diam, kerja!” tegas SYL.
Maka, Kementan melalui Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian menyelenggarakan pelatihan agribisnis smart farming bagi 40 petani milenial perwakilan dari beberapa provinsi se-Indonesia.
Pelatihan melalui program Youth Enterpreneurship and Employment Support Services (YESS) ini telah selesai dilaksanakan selama 8 hari terhitung terhitung sejak Sabtu, (19 Februari 2022), Pelatihan yang dibuka langsung oleh Kepala Badan SDM Pertanian Dedi Nursyamsi dipusatkan di Pusat Pelatihan Menajemen dan Kepemimpinan Pertanian (PPMKP) Ciawi Bogor.
SMK-PP Negeri Banjarbaru Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kementan dan sebagai PPIU Program YESS di Kalimantan Selatan turut berpartisipasi dengan mengirimkan 10 utusan dari 3 Kabupaten.
3 orang dari Kabupaten Banjar, 2 orang dari Tanah Bumbu dan 5 orang dari Tanah Laut.
Patihan agribisnis smart farming ini bertujuan untuk memberikan pemahanan kepada petani tentang konsep agribisnis pertanian modern, pertanian cerdas, dan penggunaan teknologi pertanian berbasis IT serta IoT pada aktifitas pertaniannya.
Dedi Nursyamsi memaparkan saat acara pembukaan Pelatihan Agribisnis Smart Farming kepada peserta dan seluruh insan pertanian terutama petani milenial untuk selalu belajar dan mentransformasi mindset bertani.
“Kita sedang menggarap pelatihan smart farming bagi 300 petani milenial, jadi ini adalah gelombang pertama yang secara resmi saya tutup,” katanya.
Nanti, yang kita bangun, sambungnya, adalah tentunya petani milenial.
Mengapa petani milenial?
“Sering saya sampaikan bahwa yang namanya regenerasi petani itu harus kita lakukan saat ini juga. Oleh karena itu petani muda milenial harus kita bekali, kita gembeleng mereka agar mereka menjadi petani atau Wirausaha muda pertanian yang tangguh,” katanya.
Petani harus bertransformasi, yang dulu bertani hasilnya hanya untuk kebutuhan pribadi dan keluarga, saat ini pertanian harus menjadi sarana untuk mencari uang sebanyak-banyaknya dengan berbisnis pertanian.
“Maka harus dibangun pemahaman agribisnis pertanian, yang modern memanfaatkan seluruh teknologi dapat menggenjot produksi, produktifitas dan kualitas hasil pertanian,” tegasnya.
Pandemi saat ini memang tidak banyak mempengaruhi usaha sektor pertanian hal ini karena meskipun situasi pandemik tentu masyarakat tetap membutuhkan pangan.
Oleh karenanya jika mungkin sektor usaha lain turun namun usaha sektor pertanian justru tumbuh menggeliat hingga 16%.
Mendorong petani Indonesia tetap semangat mengolah lahan dan berorientasi bisnis, pemerintah menfasilitasinya dengan memberikan pinjaman tanpa agunan melaui program Kredit Usaha Rakyat (KUR).
Pemerintah berharap melalui program KUR ini dapat menggenjot hasil produksi pertanian indonesia. Selain itu, KUR juga dapat mendorong semangat usaha Petani sebab pada dasarnya KUR adalah pinjaman yang harus dikembalikan.
Saat penutupan, 10 orang petani wakil Kalimantan Selatan ini setelah mendapatkan ilmu dan KUR dari Kementan diharapkan setelah kembali ke wilayah asalnya dapat menerapkan agribisnis pertanian modern melalui konsep smart farming dengan memanfaatkan IT dan IoT.
Kemudian melakukan usaha pertanian dengan memanfaatkan KUR yang difasilitasi oleh pemerintah untuk meningkatkan produksi dan hasil pertaniannya.
Selain pelatihan di atas, para petani juga akan mendapatkan pendampingan untuk membantu mendapatkan KUR.
“KUR itu adalah ciri bahwa mereka itu sudah wirausaha. Karena sekali lagi yang namanya bisnis pasti perlu modal, ya modal itu adalah KUR. KUR itu sarana paling murah dan paling mudah untuk mendapatkan modal, bunganya cuma 6 persen. Kita lagi upayakan sampai 3 persen, bahkan kalo di bawah 50 juta itu tidak ada aggunan,” kata Dedi Nursyamsi. (Tim Ekpos SMK-PP Negeri Banjarbaru/dya)