Petani karet di Kecamatan Mataraman, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan mengeluhkan kenaikan harga bahan bakar (BBM) yang resmi diberlakukan mulai Sabtu (3/9/2022) lalu.
BANJAR, koranbanjar.net – Hal itu lantaran, kenaikan BBM terjadi saat harga karet di tingkat petani turun. Salah seorang petani karet, Arifin (47) mengatakan saat ini karet di tingkat petani dibeli dengan harga Rp6.500/kg.
Arifin menyayangkan di tengah harga karet di petani turun namun pemerintah malah menaikkan harga BBM.
“Hidup zaman sekarang makin susah, 1 kilogram karet belum bisa beli satu liter minyak untuk motor,” katanya, Selasa (6/9/2022)
Disampaikan Bapak dua anak itu, bahwa semakin kemari kebijakan pemerintah cenderung membuat petani makin susah.
“Belum pulih soal Covid yang kemarin tak dapat beraktivitas, sekarang sudah dibebani dengan BBM naik. Jadi lama-lama kebijakan pemerintah memang bikin kami makin susah,” ujarnya.
Arifin menilai kenaikan harga BBM belum tepat, sebab harga bahan pokok juga sedang tinggi-tingginya.
Baru-baru ini, harga cabai, bawang merah, telur juga naik secara drastis ditambah dengan harga BBM naik tentunya nanti barang-barang yang lain akan menyusul semuanya naik.
“Harga karet tidak naik tapi harga kebutuhan hidup semakin naik tak terkontrol,” ungkapnya.
Arifin bercerita, dalam sehari, ia hanya bisa menghasilkan 15kg karet siap jual, jika dirupiahkan pendapatannya sekitar Rp97 ribu rupiah per harinya.
Sementara itu, ia harus menyekolahkan dua anaknya dan memenuhi kebutuhan hidupnya bersama keluarga.
“Jadi penghasilan dengan apa yang wajib dikeluarkan itu gak sepadan. Apalagi ini naik BBM pasti semua hal tambah naik,” ujarnya.
Arifin berharap pemerintah serius mengurusi hal-hal yang bersentuhan secara langsung dengan masyarakat.
“Pemerintah harus betul-betul pikirkan nasib rakyat kecil seperti kami ini,” pungkasnya. (Bay)