Gunakan bibit padi hibrida sembada-626, petani Desa Mampai Kecamatan Kapuas Murung Kabupaten Kapuas Provinsi Kalimantan Tengah capai produktivitas capai 9,9 ton per hektare pada musim tanam April-September lalu.
KAPUAS,koranbanjar.net – Hasil panenan itu didapatkan oleh M Saleh pada sawah rawa seluas 23 borong atau 6500 meter persegi yang dipanen Oktober lalu.
Selain menanam padi hibrida, Saleh juga menanan padi Inpari (IR)-42. Bahkan, semua petani disekitarnya menanam padi IR 42.
Saleh menyatakan bahwa ini kali pertama menanam padi hibrida Sembada-626.
Tertarik tanam padi hibrida karena informasi tentang keunggulan hibrida dari para petani di Desa Terusan Kecamatan Bataguh.
Dia menyebut produktivitas hibrida Sembada-626 jauh di atas padi IR-42.
“Kalau hibrida 9,9 t/ha sedangkan IR-42 hanya sekitar 5 t/ha dan ini dari dulu hanya segitu saja,” ujar Saleh, Senin (16/11/2020).
Saleh, yang juga tenaga penyuluh swakarsa di Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kapuas Murung mengungkapkan hasil pengamatan padi hibrida yang ditanamnya.
Jumlah anakannya mencapai 20 per rumpun dan jumlah bulirnya 250 permalai. Batangnya keras kuat dan lebih tahan terhadap hama dan penyakit.
“Batang keras dan kuat, tidak banyak serangan hama penyakit. Kalau IR-42 saya disemprot 4 kali, tapi Hibrida 2 kali,” lanjut Saleh.
Koordinator BPP Kapuas Murung, Purwadi membenarkan produktivitas itu.
Dia menyatakan yakin karena angka yang diperoleh merupakan hasil ubinan yang dilakukan dengan metode yang benar dan baik secara statistik.
“Berdasarkan hasil ubinan diperoleh hasil panen 6,2 kg per petak sampel atau setara dengan 9,9 t/ha,” ujar Purwadi.
Padi hibrida itu ditanam bersamaan dengan padi IR-42 Jadi secara otomatis bisa dibandingkan.
Ditanam pada bulan Juni saat musim kemarau, namun air selalu tersedia untuk padi.
Menurut Purwadi padi Hibrida sudah terbukti baik di lahan seperti di Kapuas Murung. Karenanya layak dikembangkan di wilayahnya untuk mendukung peningkatkan produksi.
Permasalahannya ada pada harga dan ketersediaan benih. Dengan jarak tanam 30 x 30 cm siatem tanam dibutuhkan 10 – 12 kg.
“Benihnya mahal 110 ribu per kg, dan untuk mendapatkan harus pesan terlebih dahaulu pada agen penyalur,” katanya.
Namun, Purwadi berharap ke depan petani tanam hibrida karena terbukti. Dengan benih swadaya petani bisa mendapatkan di Kapuas dengan pesan terlebih dulu.
Marhaenis Budi Santoso, Widyaiswara BBPP Binuang menilai padi hibrida cukup komparatif.
Namun, menurutnya dengan perbaikan sistem tanam hasilnya diyakini bisa ditingkatkan lagi.
“Tanam dengan sistem jajar legowo hasilnya bisa lebih tinggi lagi, meski biaya tambah tapi produktivitas akan naik secara progresif proporsional,” katanya. (mbs/bbppbinuang/dya)