Peserta Rakornas ke-15 Komisi Informasi se-Indonesia mengaku sangat terkejut ketika melihat sampah dan tanaman Eceng Gondok sangat banyak larut di atas Sungai Martapura.
BANJARMASIN, koranbanjar.net – Beberapa peserta Rakornas terkesan dengan Pasar Terapung Lok Baintan, di sisi lain mereka juga menilai Sungai Martapura sangat kotor, ketika melihat banyaknya sampah larut di atasnya, ditambah tanaman Eceng Gondok yang menumpuk di bawah Jembatan Pasar Lama.
“Sejak keberangkatan tadi dari Siring Menara Pandang menuju ke Pasar Terapung Lok Baintan ini, saya pikir sungainya sangat kotor,” ucap Samsul Rizal, Komisioner Komisi Informasi Provinsi Lampung.
Menurutnya, Kalsel bukan hanya sebatas mengandalkan wisatanya terutama wisata susur sungai. Akan tetapi kebersihan sungainya juga perlu dijaga dan dipelihara.
Dia memberikan masukan buat Pemerintah daerah harus dibentuk khusus satgas kebersihan sungai yang kegiatannya dilakukan setiap hari. Sehingga tidak ada lagi kotoran-kotoran mengapung di atasnya.
“Seperti tanaman Eceng Gondok, itu bisa dimanfaatkan. Hidupkanlah UMKM produktif mengolah tanaman Eceng Gondok menjadi sebuah kerajinan tangan seperti, tas, topi dan lain sebagainya, yang bahannya terbuat dari Eceng Gondok,” ujarnya.
Lanjut dikatakan Samsul Rizal, contoh seperti Sungai Ciliwung, Jakarta dan Sungai Kapuas, saat ini sudah sangat luar biasa bersihnya.
“Entah mengapa di Sungai Martapura apabila saat surut sangat kurang dijaga kebersihannya,” ucapnya.
Senada dengan Samsul Rizal, Komisioner Komisi Informasi dari Provinsi Bali, I Made Agus Wirajaya juga berpendapat terkait kebersihan Sungai Martapura.
“Memang tidak boleh sebenarnya ada sampah di atas sungai, apalagi sampah plastik. Harus ada program mingguan untuk memelihara kebersihan sungai, sehingga tidak hanya bersih, namun kesehatannya juga terjaga,” terang Made Agus.
Kondisi kotornya Sungai Martapura juga membuat Wakil Ketua Komisi Informasi Pusat, Arya Sandhiyudha berkomentar.
Dirinya berujar dalam hal berwisata bukan hanya orientasi ekonomi tetapi kepedulian terhadap lingkungan dan keramahtamahan lingkungan juga harus diperhatikan.
“Jadi ekonomi yang peduli dengan lingkungan dan lain-lain,” ucapnya.
Dijelaskan Arya Sandhiyudha, ketika ada ide dalam pengembangan ekonomi masyarakat sungai, sudah otomatis pasti dianggap sangat penting juga untuk merawat lingkungannya.
Sehingga, apabila dalam satu program itu mendunia maka dunia pun akan menyorot bagaimana keramahtamahan lingkungannya dan isu-isunya juga akan masuk.
“Jadi rawatlah sungai, rawatlah lingkungan, seperti mana merawat pertumbuhan ekonomi masyarakatnya,” imbaunya. (yon/bay)