Peribahasa Banjar bernada sindiran sekaligus kritikan, Kumpai Mengalahkan Banua, ini sangat dipegang teguh turun temurun oleh urang Banjar bahari di dalam menjaga kearifan lokal dan kedaulatan rakyat setempat, agar supaya tidak merusak tatanan baik yang telah ada.
Iday Ranban, Redaktur
KUMPAI Mengalahkan Banua, bermakna kumpai atau rumput (pendatang) mengalahkan kampung (lokal) atau kumpai telah menguasai padang luas yang ditempatinya, dan itu sudah terjadi atau berlangsung. Padahal, tak elok bila itu sampai terjadi.
Kalau Kumpai Hendak Mengalahkan Banua, itu sebatas berupa keinginan dan belum terjadi, masih akan alias mau.
Tentu saja sebutan Kumpai Mengalahkan Banua, mayoritas kekuasaan kumpai akan mendominasi karena banua kemungkinan tersingkir dan terpinggirkan oleh kumpai, bermula dari tidak arif dalam pengambilan kebijakan dan memutuskan permasalahan yang diketahui rawan menimbulkan pro kontra.
Contoh spesifik sebagaimana terjadi di Kabupaten Banjar terhadap tumbuhnya ritel modern dan (merasa) tersainginya toko tradisional, di sinilah ketegasan pemerintah setempat menjadi penentu dalam kemajuan pertumbuhan perekonomian dan pemulihan ekonomi kerakyatan.
Ada daerah lain yang menolak keras dengan menutup rapat pintu tapi ada pula suatu daerah membuka lebar pintu, dengan alasan era globalisasi tanpa memperhitungkan bahwa kumpai akan mengalahkan banua.
Pembinaan dan pembinasaan bagaikan dua sisi mata uang logam yang akan terjadi terhadap Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di daerah itu.
Pembinaan belum selesai dan tuntas dilaksanakan bagi UMKM lokal, sedangkan UMKM belum sempat berbenah dan masih menata langkah.
Lantas, kran era globalisasi dibuka pemerintah, hasilnya secara perlahan atau waktu cepat terjadilah yang namanya pembinasaan.
Kumpai datang dengan sumber daya mumpuni, modal besar, mapan, peralatan dan perlengkapan modern sehingga siap untuk “perang,” terlindas dan tertindaslah banua lemah yang mudah dikuasai.
Hal menarik dicermati adalah dampak negatif dan positif bagi banua dengan masuknya kumpai.
Karena, bilamana kumpai bisa menempatkan diri dengan saling menghargai dan menghormati banua yang dijunjungnya, gesekan keras dapat diminimalisir.
Namun, sudah pasti ini juga ditentukan oleh peran utama pemerintah daerah setempat sebagai penentu kebijakan dalam menjaga hubungan kumpai dan banua.
Ketika lingkungan yang asri, damai, tenteram, dan kondusif. Kebijakan yang tak bijak, banua akan porak poranda dengan rusaknya tatanan baik sebelumnya. (*)