Scroll ke bawah untuk melanjutkan
Koran Banjar
Banjarbaru

Pentingnya Pembelajaran Hots di Era Milineal

Avatar
273
×

Pentingnya Pembelajaran Hots di Era Milineal

Sebarkan artikel ini
Alfisyah
Alfisyah

Oleh:

Alfisyah, Guru MAN Kota Banjarbaru

Advertisement
Koran Banjar
Scroll ke bawah untuk melanjutkan

Perkembangan menyongsong abad 21 menuntut pembelajaran HOTS (Higher Order Thinking Skill) untuk dapat transfer pengetahuan, berpikir kritis dan kreatif dalam pemecahan masalah.

Peningkatan keterampilan berfikir tingkat tinggi telah menjadi salah satu prioritas dalam semua pembelajaran di sekolah termasuk dalam pembelajaran bahasa. Pertanyaannya adalah;

Bagaimana kita sebagai guru memfasilitasi siswa untuk menjadi pemikir (thinker) dan pemecah masalah (problem solver) yang lebih baik?  Jawabnya sederhana;  Jadikan kelas kita sebagai tempat bagi siswa untuk mengembangkan keterampilan berfikir mereka.

Pengajaran keterampilan berfikir dilandasi dua filosofi.  Pertama harus ada materi atau pelajaran khusus tentang berfikir.  Kedua, mengintegrasikan kegiatan berfikir ke dalam setiap pembelajaran.

Dengan demikian, keterampilan berfikir terutama berfikir tingkat tinggi harus dikembangkan dan menjadi bagian dari pelajaran sehari-hari.  Dengan pendekatan ini, keterampilan berfikir dapat dikembangkan dengan cara membantu siswa menjadi problem solver yang lebih baik.

Untuk itu, guru harus menyediakan masalah (soal) yang memungkinkan siswa menggunakan keterampilan berfikir tingkat tingginya sehingga diperlukan perencanaan yang matang oleh para guru.

HOTS adalah level berikutnya setelah anak didik menguasai kemampuan berpikir tingkat rendah atau LOTS (Low Order Thinking Skills) dan MOTS atau Middle Order Thinking Skills atau kemampuan berpikir tingkat menengah.

LOTS mengarahkan pada kemampuan mengingat dan memahami, kemudian MOTS menekankan para penerapan. Selanjutnya pada tahap HOTS, proses kognitifnya meliputi analisis, evaluasi, dan mencipta.

Dengan kegiatan-kegiatan itu, anak didik akan diarahkan untuk berpikir kritis, kreatif, mampu memecahkan masalah, serta mampu membuat kesimpulan.

Untuk menerapkan pembelajaran berbasis HOTS, terdapat beberapa langkah yang harus ditempuh oleh guru. Pertama, guru harus menganalisis kompetensi dasar (KD) dari berbagai mata pelajaran dan menentukan apakah kompetensi dasar itu sudah pada kemampuan HOTS atau belum.

Kedua, kompetensi dasar itu dikembangkan melalui kisi-kisi soal. Sehingga, guru memang harus juga menyiapkan format kisi-kisi soal. Ketiga, guru juga dapat menggunakan stimulus yang menarik dan kontekstual.

Stimulus tersebut bisa berupa teks atau bacaan, cerita, gambar, diagram, peta, dan sebagainya. Serta, yang tidak kalah penting adalah membuat pedoman penilaian atau kunci jawaban. Yang harus kita ketahui juga, dalam HOTS, soal-soalnya harus berbasis pada permasalahan yang nyata atau kontekstual.

Mendikbud yang biasa dipanggil Pak Nadiem ini memiliki konsep kurikulum yang bernama ‘Merdeka Belajar’.

Sesuai motto dari kurikulum Merdeka Belajar yaitu ‘Merdeka Belajar, Guru Penggerak’, konsep yang digunakan pada kurikulum ini mengacu pada inisiatif guru sebagai tangan pertama pemberi materi dan contoh bagi peserta didik.

Kurikulum Merdeka Belajar menekankan kemampuan observasi siswa terhadap lingkungan sekitar dalam proses pembelajarannya. Konsep ini sangat cocok dengan pola HOTS yang mengharapkan peserta didik untuk terbiasa memecahkan masalah yang ditemui dan membuat solusi terbaik berdasarkan pengetahuan yang dimiliki. Penerapan kedua sistem tersebut dapat membentuk siswa yang adaptif.

Adaptif dapat dilihat sebagai kematangan diri dan sosial seseorang dalam melakukan kegiatan sehari-hari sesuai usia dan budaya di suatu lingkungan. Perilaku adaptif tidak dibawa sejak lahir, tetapi ditumbuhkan dengan stimulus yang tepat.

Oleh karena itu, perilaku adaptif menjadi parameter sejauh mana seseorang dapat menangani permasalahan yang muncul dalam kehidupan. Keterampilan adaptif memungkinkan siswa sebgaai generasi milinieal untuk mengeksplorasi sesuatu lebih banyak sehingga permasalahan yang dihadapi semakin beragam.

Ketika siswa sudah terlatih menghadapi berbagai jenis masalah yang berbeda maka ia akan terbiasa menyusun strategi penyelesaian masalah secara cepat dan akurat.

Hal ini penting dalam proses belajar agar kapasitas diri mereka semakin meningkat dan dapat menjadi stimulus pengembangan HOTS pada generasi miliniel tersebut.

Setelah semua penjelasan di atas, tentulah kita sampai pada kesimpulan bahwa HOTS adalah konsep yang sangat penting bagi siswa terutama di era digital ini selaku generai milineal.

Keterampilan berpikir HOTS tidak terbatas pada dunia sekolah, tapi secara universal bisa digunakan untuk kehidupan sehari-hari. Anak-anak akan terbiasa dengan HOTS ketika sudah sering mengerjakan soal tipe tersebut.

Anda bisa melatih mereka dengan berbagai bank soal HOTS. Nyatanya, era digital memberikan kemudahan pada dunia pendidikan. Anak-anak bisa belajar dari internet dan menemukan berbagai soal latihan.

Sekolah mungkin tidak mengajarkan banyak soal HOTS bagi anak, tapi mereka bisa menemukannya dengan mudah di internet baik untuk soal latihan atau dalam try out online.

Sehingga ketika mereka telah terbiasa dengan tipe soal HOTS itu, mereka akan percaya diri dan bisa menjalani ujian di sekolah dengan lebih mudah.(*)

 

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Protes RUU Anggota Parlemen Menari Perang Prabowo Ajak Puasa 5 Tahun KPK Lelang Barang Koruptor Gus Miftah Meminta Maaf Gus Miftah Ejek Penjual Es Teh