Menjelang Pemungutan Suara Ulang (PSU) Pilkada 2020 pada 9 Juni 2021 mendatang, situasi politik di Kalimantan Selatan semakin memanas. Ironisnya, kedua Paslon Gubernur sama-sama saling menjelekkan.
BANJARMASIN, koranbanjar.net – Pengamat Politik, Ketua Komite Anti Korupsi Indonesia (KAKI) Kalimantan Selatan, H. Husaini mengamati, menjelang PSU, kedua pasangan calon (Paslon), baik Sahbirin Noor – Muhiddin (BirinMU) maupun Denny Indrayana – Difriadi( H2D) kerap saling tuding, saling menjelekkan baik di tengah masayarakat maupun di media sosial.
“Sudahlah kita akhiri saja semua, jangan ada lagi saling tuding soal kejelekan masing – masing,” ujarnya kepada koranbanjar.net, beberapa hari telah lewat.
Menurutnya, kedua paslon sama – sama Warga Negara Indonesia, diam dan tinggal sama-sama di Bumi Lambung Mangkurat dan bakal memimpin Kalimantan Selatan.
Esensi Pilkada atau PSU lanjutnya, adalah demokratisasi, artinya bagaimana demokrasi itu berjalan sesuai koridor. Ujung-ujungnya pilkada adalah memilih pemimpin. Siapapun yang terpilih, maka itulah yang terbaik dan masyarakat harus menerima.
“Siapapun calonnya pasti ada kekurangan, kesempurnaan itu hanyalah milik Allah, kita sebagai muslim, ini bagian dari negara kita yang berdemokrasi,” tuturnya.
Dijelaskan, pemimpin adalah merupakan garda terdepan, siapa yang bakal memimpin Kalsel akan mempunyai PR yang besar, yakni pertama bagaimana mengatasi pandemi Covid-19 di Kalsel yang merusak tatanan kehidupan masyarakat Indonesia, termasuk Kalsel.
“Siapapun yang bakal memimpin Kalsel, ia bakal mempunyai tugas yang besar, mengatasi Covid-19 dan membangkitkan perekonomian rakyat Kalsel,” ucapnya. sembari kembali mengingatkan jangan saling tuding dan lapor, masing – masing punya kekurangan.
“Mari kita laksanakan proses demokrasi di PSU agar berjalan dengan lancar, aman dan damai,” imbuhnya mengakhiri wawancara.(yon/sir)