Pangkalan Elpiji 3 Kg Sarat “Permainan”, Inilah Faktanya

BANJARMASIN,KORANBANJAR.NET – Pertamina dan Hiswana Migas Kalimantan Selatan menyatakan dengan tegas bahwa tidak ada yang namanya kalangkaan pada gas elpiji 3 kilogram. Namun pada kenyataannya di lapangan berbeda.

Menurut penelusuran koranbanjar.net, di lapangan, Rabu (26/12/2018), khususnya wilayah Banjarmasin Selatan, banyak ditemukan keluhan masyarakat akan tidak meratanya penyaluran elpiji 3 kg kepada masyarakat yang betul-betul membutuhkan untuk keperluan rumah tangga.

Di antaranya pangkalan H yang berada di kawasan bawah jembatan Basirih yang menjadi “lahan basah” bagi para pengecer atau lebih pantas disebut pelansir, sehingga masyarakat rumah tangga di sekitar pangkalan tersebut hampir 50% tidak kebagian.

“Ulun aja asli warga sini lawas banar sudah kada suah diunjuki, imbah betakun dipadahkan habis (Saya aja warga asli sini, sudah lama tidak dikasih, ketika nanya selalu dibilang habis), misal datang 100 paling dijual separuh, sisanya dijual lawan urang nang bajual (jika datang 100 , paling-paling dijual cuma separuh, sisanya dijual ke pengecer),” tutur salah satu warga sekitar pangkalan kepada koranbanjar.net yang tidak ingin disebut namanya.

Malah ada lagi yang lebih parah ucapan warga lainnya yang mengatakan, pangkalan H menjual gas bersubsidi kepada orang  jauh yang di luar kawasannya dengan menggunakan kelotok yang menurut warga di situ diturunkan pada tengah malam.

“Inya itu sudah jua menjual di kelotok kada tahu dibawa kemana, nang jelas kami kada pinandu penukarnya itu, kira-kira pasti ai urang luar (dia itu pernah menjual di kelotok tapi kami tidak mengetahui si penukar itu, kira-kira orang luar),” ucap warga yang lain.

Kemudian ada lagi Pangkalan P yang berada di dalam Komplek Perdana Abadi yang melakukan hal yang sama dengan tidak mengutamakan masyarakat setempat.

“Kami sudah muar lawan pangkalan yang di komplek tuh, apa nyata-nyata kami melihat motornya hanyar masuk tiba-tiba dipadahkan habis sudah, masuk akal lah ? (Kami sudah kesal dengan pangkalan itu, jelas-jelas kami melihat mobil pengantar gas itu baru saja masuk, tiba-tiba dibilang habis, masuk akal apa tidak ? ” ungkap warga yang sedang duduk-duduk di warung kue sekitar pangkalan.

Ketika ditanya koranbanjar.net pemilik pangkalan, Liliy mengaku dirinya tidak pernah menjual gas elpiji 3 kg ke wilayah lain seperti apa yang diceritakan warga setempat.

Juga ada pangkalan gas melon lainya seperti pangkalan H di kawasan Antasan Bondan Mantuil, ada juga pangkalan Haji Brh di kawasan Basirih Selatan dekat pesantren Al Amin, semuanya dengan seenaknya “bermain” dengan para pengecer.

Hal ini dibuktikan dengan banyaknya keluhan warga dalam hal ini yang bukan penjual tidak kebagian gas melon tersebut dengan dalih kuota yang diberikan Pertamina tidak cukup.

“Kami penuhi sudah syaratnya pakai KTP dan kartu keluarga, satu orang satu tabung, tetapi pada kenyataannya banyak dari kami yang kada (tidak) mendapatkan gas, ironisnya di depan mata, kami melihat ada yang datang bawa gerobak tosa bisa ngambil lebih 5 sampai 10, gimana ceritanya,” tandas salah satu warga di kawasan pangkalan Haji Brh.(al/sir)