Scroll ke bawah untuk melanjutkan
Koran Banjar
Koran Banjar

Pandemi Covid-19 Kedua, Kasus Bunuh Diri di Jepang Meningkat

Avatar
494
×

Pandemi Covid-19 Kedua, Kasus Bunuh Diri di Jepang Meningkat

Sebarkan artikel ini

Pandemi Covid-19 pada gelombang kedua, kasus bunur diri di Negeri Sakura Jepang telah mengalami peningkatan hingga 16 persen. Ironisnya, kejadia tersebut lebih banyak dialami kalangan perempuan dan anak-anak.

JEPANG, koranbanjar.net – Reuters, Sabtu (16/1/2021) melaporkan, tingkat bunuh diri pada periode Juli-Oktober naik 16 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya.

Advertisement
Koran Banjar
Scroll ke bawah untuk melanjutkan

Padahal penelitian Universitas Hong Kong dan Institut Gerontologi Tokyo Metropolitan menunjukkan kasus bunuh diri di negara tersebut mengalami penurunan sebesar 14 persen pada Februari-Juni.

“Tidak seperti keadaan ekonomi normal, pandemi ini secara tidak proporsional memengaruhi kesehatan psikologis anak-anak, remaja, dan perempuan (terutama ibu rumah tangga),” tulis penelitian yang diterbitkan, Jumat (15/1/2021) di jurnal Nature Human Behavior.

Studi menunjukkan penurunan angka bunuh diri pada awalnya dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti subsidi pemerintah, berkurangnya jam kerja dan penutupan sekolah. Namun penurunan itu berbalik, tingkat bunuh diri pada perempuan melonjak 37 persen, sekitar lima kali lipat di antara pria.

Hal itu terjadi, kata laporan tersebut, karena pandemi yang berkepanjangan menghantam industri yang didominasi oleh kaum perempuan, meningkatkan beban pada ibu yang bekerja, sementara kekerasan dalam rumah tangga juga meningkat.

BACA JUGA :

Studi tersebut, berdasarkan data Kementerian Kesehatan dari November 2016 hingga Oktober 2020, menemukan angka bunuh diri anak melonjak 49 persen pada gelombang kedua Covid-19, bersamaan dengan periode setelah penutupan sekolah secara nasional.

Perdana Menteri Yoshihide Suga pada bulan ini menetapkan keadaan darurat Covid-19 untuk Tokyo dan tiga prefektur sekitarnya dalam upaya untuk membendung kebangkitan virus corona kembali.

Situasi darurat tersebut diperluas ke tujuh prefektur lagi, termasuk Osaka dan Kyoto. Menteri Reformasi Administrasi dan Peraturan Jepang kepada Reuters, Kamis (14/1), mengatakan pemerintah akan mempertimbangkan untuk memperpanjang keadaan darurat karena kebijakan tersebut “tidak dapat membunuh ekonomi.”

BACA JUGA :

“Orang-orang khawatir tentang Covid-19. Namun banyak orang juga bunuh diri karena kehilangan pekerjaan, kehilangan penghasilan, dan tidak melihat harapan,” katanya. “Kami perlu mencapai keseimbangan antara mengelola Covid-19 dan mengelola ekonomi.” (VOA/sir)

Protes RUU Anggota Parlemen Menari Perang Prabowo Ajak Puasa 5 Tahun KPK Lelang Barang Koruptor Gus Miftah Meminta Maaf Gus Miftah Ejek Penjual Es Teh