MARTAPURA, KORANBANJAR.NET – Pria bernama Anang Midun ini rela meninggalkan profesinya menjadi penjual durian. Bukan tanpa alasan, pria asal Desa Pulau Nyiur, Karang Intan ini meninggalkan menyadap karetnya karena omzet jualan durian jauh lebih besar.
Terlebih durian yang dipanen langsung di kebun miliknya tersebut dijual di kota Martapura, sehingga berdampak pada penjualan. “Jualan di kota lebih rame dibanding di kampung, paling hari Sabtu dan Minggu yang rame, sementara jualan di kota tidak tergantung hari,” ujarnya kepada Koranbanjar.net beberapa waktu lalu.
Membuka lapak di kawasan Sekumpul Martapura, Ia menuturkan rata-rata dapat menjual 30 butir durian perhari dengan omzet mencapai Rp 600.000 ribu. “Untuk penjualan tergantung berapa (butir) kita membawa, jadi omzetnya pun tak menentu,” tuturnya.
Dengan omzet Rp 600 ribu perhari, maka ia dapat penghasilan sekitar Rp 18 juta perbulan.
Menurutnya, cuaca dapat berpengaruh pada penjualan, seperti saat hujan, misalnya. Karen ia harus ‘menggulung’ dagangannya sebab buah durian akan mudah rusak jika terkena air.
Harga jualnya pun bervariatif, tergantung ukuran besar durian. “Kita menjual yang paling murah 20 ribu,” ungkapnya pria 27 tahun ini.
Ia mengaku membuka lapak durian dari siang hingga tengah malam tiap harinya. Berjualan durian ini ia geluti sementara pada musim durian saja. “Kalau tidak musim durian biasanya menyadap karet di kampung untuk memenuhi keperluan sehari-hari,” terangnya.
Di kebun miliknya, terdapat puluhan pohon durian. Perharinya ia mengaku dapat memanen hingga ratusan durian untuk dijual.
Banyaknya pohon durian di desa kelahirannya tersebut, tersirat keinginannya agar bisa menggelar Festival Durian seperti di Desa Bi`ih, yang notabane-nya merupakan desa tetangga.
“Saya berharap suatu nanti Desa Pulau Nyiur dapat mengadakan festival durian, apalagi jalan di desa saya lebih bagus,” pungkasnya. (mj-21/dra)