Nilai Tukar Petani (NTP) pada bulan April 2020, turun 2,44 persen atau sebesar 98,64 jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya di tahun yang sama yaitu mencapai 101,10.
BANJARBARU, koranbanjar.net – Penurunan NTP, disebabkan indeks harga yang diterima petani (It) turun 2,42 persen. Sedangkan indeks harga yang dibayar petani (Ib), mengalami kenaikan sebesar 0,02 persen.
Nilai Tukar Petani (NTP) yang diperoleh, dari perbandingan indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib). Salah satu indikator, untuk melihat tingkat kemampuan atau daya beli petani di pedesaan.
“NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) dari produk pertanian, dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Semakin tinggi NTP, relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan atau daya beli petani,” jelas Kepala BPS Kalsel, Diah Utami.
NTP di Kalsel, tercatat sebesar 98,64 atau turun 2,44 persen jika dibandingkan NTP pada Maret 2020 yang mencapai 101,10 persen. Penurunan NTP, disebabkan indeks harga yang diterima petani (It) turun sebesar 2,42 persen. Sedangkan indeks harga yang dibayar petani (Ib), mengalami kenaikan sebesar 0,02 persen.
Baca juga;
“Di mana indeks konsumsi rumah tangga naik 0,003 persen dan indeks BPPBM naik 0,08 persen.
Selain itu, terjadinya perubahan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) sebesar 0,003 persen dari 106,18 menjadi 106,19. Disebabkan naiknya ondeks, dibeberapa kelompok penyusunan IKRT. Terutama, kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya,” paparnya.
Sementara itu, Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) April 2020 sebesar 100,42 atau turun 2,49 persen dibanding NTUP bulan sebelumnya.
Kata dia, Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib). Komponen Ib, hanya terdiri dari Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM).
“Dengan dikeluarkannya konsumsi dari komponen indeks harga yang dibayar petani (Ib), NTUP dapat lebih mencerminkan kemampuan produksi petani. Karena dibandingkan, hanya produksi dengan
biaya produksinya,” lanjutnya. (ykw/maf)