Scroll ke bawah untuk melanjutkan
Koran Banjar
Koran Banjar
Hulu Sungai Tengah

Nateh, Desa Ekowisata Meratus Yang Terancam Ditambang? 

Avatar
1609
×

Nateh, Desa Ekowisata Meratus Yang Terancam Ditambang? 

Sebarkan artikel ini
Pemandangan Alam di Nateh (foto : barabaihits)

Pegunungan meratus yang berada di Kalimantan selatan memang banyak menyimpan hasil buminya, terutama Batu Bara. Namun bagi warga Murakata, hasil bumi yang ada akan tetap dibiarkan agar keindahan alam meratus tetap terjaga, serta wisata alamnya tetap asri.

HULU SUNGAI TENGAH, koranbanjar.net Desa Nateh terletak di Kecamatan Batang Alai Timur Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Desaini berjarak 32,3 KM dari pusat jantung Kota Barabai atau, 174 KM dari kota Banjarmasin.

Advertisement
Koran Banjar
Scroll ke bawah untuk melanjutkan

Di desa ini kita bisa menikmati pemandangan pegunungan Meratus yang sangat indah, selain itu kita bisa mandi juga mandi di sungai yang jernih, sambil menikmati pemandangan gunung dan berfoto ria, di area jembatan gantung ada di sana.

Menyimpan kekayaan gunung kapur dan kandungan batubara berkualitas tinggi di Kecamatan Batang Alai Timur, Kabupaten Hulu sungai Tengah, telah lama diincar perusahaan tambang untuk dikeruk hasil alamnya.

Alih-alih tergiur iming-iming materi m, warga Murakata sepakat untuk menolak adanya tambang beroperasi di wilayah mereka.

Lokasi di lereng pegunungan Meratus deretan gunung kapur itu, menyatu dengan tumbuhan liar yang menghijau dan goa-goa yang bisa ditelusuri hingga seharian penuh.

Di bawah deretan gunung kapur mengalir daerah sungai Batang Alay, yang merupakan daerah hulu air Kabupaten Hulu sungai Tengah. Sungai berwarna jernih itu mengalir menuju titik-titik strategis seperti bendungan bentang alay hingga sungai-sungai yang berada di hilirnya.

Bersama seorang warga desa Nateh Arbaini atau lebih akrab disapa Abah Nateh, mengajak saya menyusuri Desa berbasis ekowisata tersebut, bukan untuk jalan-jalan tapi melihat nasib di Sanati yang belakangan jadi perbincangan, gara-gara sedang diincar salah satu perusahaan tambang batubara.

Beruntung perusahaan belum bisa beroperasi, karena terganjar dokumen Amdal yang belum juga diterbitkan oleh Pemerintah Daerah, derasnya kritikan publik membuat Pemerintah Kabupaten dan pemerintah provinsi enggan menerbitkan administrasi.

Abah Nateh lelaki uzur warga desa tersebut menegaskan, 90% masyarakat sudah sadar atas bahaya ancaman tambang batubara.

“Kami ini 90% penyadap karet dan berkebun kalau di tambang semuanya mau makan apa,” ungkapnya kepada koranbanjar.net, Kamis (25/8/2022) sore.

(mdr/slv)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Protes RUU Anggota Parlemen Menari Perang Prabowo Ajak Puasa 5 Tahun KPK Lelang Barang Koruptor Gus Miftah Meminta Maaf Gus Miftah Ejek Penjual Es Teh