Berprofesi sebagai sopir speedboat (perahu cepat) komersil antar pulau tentunya bukan tanpa resiko. Sebaliknya, profesi ini justru memiliki resiko yang sangat tinggi. Profesi ini dilakoni Abdul Kadir Jailani, seorang sopir speedboat yang membawa penumpang lewat jalur laut dari Kotabaru ke Tanah Bumbu atau sebaliknya.
KOTABARU, koranbanjar.net – Bekerja sebagai sopir speedboat (perahu cepat) ternyata banyak pengalaman berharga dan tantangan tersendiri yang diperoleh Abdul Kadir Jailani. Mulai dari perahu mesinnya yang mogok di tengah laut, hingga harus mengayuh sejauh 10 mil.
Kabupaten Kotabaru merupakan salah satu kabupaten di sebelah Tenggara Provinsi Kalimantan Selatan. Kotabaru berada di sebuah pulau yang terpisah dari daratan Provinsi Kalimantan Selatan. Untuk dapat menjangkau Kabupaten Kotabaru dapat melalui tiga jalur transportasi, melalui udara, jalur darat dengan menggunakan penyeberangan kapal feri atau menggunakan perahu mesin cepat seperti speedboat.
Abdul Kadir Jailani telah menggeluti profesi sebagai sopir speedboat yang sejak tahun 2013 hingga saat ini, dan banyak pengalaman yang dia dapat.
“Selama menggeluti profesi ini saya sering dapat kendala dan pengalaman yang didapat,” kata Abdul Kadir Jailani kepada koranbanjar.net, Jumat (9/4/2021).
Kadir menceritakan, kendala yang sering dia dapat selama menjadi sopir speedboat, antara lain, speedboat pernah beberapa kali mogok di tengah laut atau saat di perjalanan, dan kecelakaan ringan seperti menabrak batang pohon besar di permukaan laut.
“Sering itu kalau mogok di tengah perjalanan yang disebabkan busi mati. Nah kalau sudah mogok ya…terpaksa harus mengayuh speednya sendiri, bisa sampai 10 mil mengayuh sampai dapat pertolongan teman,” cetus dia
Soal pendapatan sehari-hari, dia juga mengatakan, tergantung banyaknya penumpang dan perkiraan cuaca. Apalagi saat pendemi Covid 19 ini, semua angkutan Umum termasuk angkutan di laut harus dibatasi sesuai protokol kesehatan (prokes).
“Penghasilan ya tergantung. Apalagi sekarang penumpang dibatasi, biasanya 4 orang sekarang cuma bisa 3 orang. Di belakang dua di samping sopir satu, dalam sehari paling dapat Rp250 ribu,”ucapnya
Bahkan sambung Kadir, perubahan cuaca juga menjadi pertimbangan beroperasi. Jika cuaca mendung atau hujan lebat speedboat tidak akan beroperasi seperti biasanya.
“Kalau mendung dan hujan disertai angin pasti speedboat tidak bisa jalan. Apalagi kalau ombak besar, saya pasti tidak jalan walau sudah ada penumpang, kan yang paling penting keselamatan penumpang dulu,” pungkas Kadir.(cah/sir)