Scroll ke bawah untuk melanjutkan
Koran Banjar
Koran Banjar

Mengintip Lokasi Pembuangan Akhir Di HSS Yang Segera Pindah

Avatar
396
×

Mengintip Lokasi Pembuangan Akhir Di HSS Yang Segera Pindah

Sebarkan artikel ini

Tempat Pembuangan Akhir (TPA) merupakan dapurnya suatu wilayah. Kadang orang mengatakan, jika ingin tahu kebersihan suatu rumah, lihat dapurnya.

Bagaimana dapur di Hulu Sungai Selatan (HSS)? Simak ulasannya, saya hanya menggambarkan, anda yang memutuskan.

Advertisement
Koran Banjar
Scroll ke bawah untuk melanjutkan

Muhammad Hidayat, Padang Batung

Setiap hari manusia memproduksi sampah, satu orang di Indonesia dirata-ratakan berperan besar pada produksi 0,7 kilogram sampah per hari.

Kondisi seperti itu jika pemerintah tidak sigap mengelola pembuangan sampah, maka akan menjadi masalah besar bagi lingkungan. Maka itu, pemerintah memfasilitasi pembuangan dengan menyediakan tempat pembuangan akhir (TPA), dan menempatkan pekerja yang rela berkotor-kotor ria dengan bau menyengat.

Di Kabupaten HSS, tepatnya di tengah pegunungan Desa Malutu, Kecamatan Padang Batung, terdapat sebuah TPA yang dibangun pada 2011 dan mulai dipergunakan 2012. Jaraknya cukup jauh dari pemukiman warga, di sekelilingnya hanya rindangnya pepohonan, kebun karet dan lubang raksasa dari sumber energi yang mampu menerangi kota.

Seiring berjalannya waktu, menurut Kepala Bidang Pengelolaan Kebersihan Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Pemukiman dan Lingkungan Hidup (Dispera KPLH) HSS Ika Aguspiannor, hingga 2019 ini kondisinya sudah overload dan tidak bisa dilakukan pengembangan di tempat tersebut.

Mengintip Lokasi Pembuangan Akhir Di HSS Yang Segera Pindah

Hal itu ujar Ika, sesuai saja berdasarkan program manajemen persampahan dengan batas usia maksimal ditentukan 7 tahun.

Diterangkannya, beberapa pertimbangan untuk pengembangan zona selanjutnya, dari TPA yang ada sudah tidak memungkinkan lagi, sebab semakin hari sudah mendekati area PKP2B dan lokasi pertambangan batubara.

Selain itu, ada beberapa infrastruktur dari TPA yang mulai mengalami kerusakan. Sehingga ujarnya, Pemkab HSS memandang perlu adanya pembangunan TPA yang baru di lokasi lain, untuk pengelolaan sampah ke depan.

Benar saja, beberapa minggu lalu saya mndatangi lokasi TPA yang ada saat ini. Posisi pembuangan sudah semakin ke belakang, dan tepat berdampingan dengan lubang raksasa bikinan excavator, yang terlihat kecil-kecil dipantau dari TPA.

Sebelumnya saya membayangkan seperti gambaran TPA di televisi, yang menggunung dan sangat bau, sehingga saya harus siapkan masker. Sejauh 2 kilometer berkendara melewati kebun karet, dengan jalanan ekstrim tanpa aspal akhirnya sampai ke pintu gerbang yang terlihat sudah tua.

Imajinasi saya tidak sepenuhnya terbukti di situ. Gundukan-gundukan sampah sudah tertutup tanah, dan yang sudah berusia juga sudah ditumbuhi rerumputan.

Mengenai bau pastilah ada, tetapi tidak se-ekstrim yang saya bayangkan sebelumnya. Sebab setiap hari setelah dibuang, sampah diratakan dan ditutup dengan tanah.

Tak cukup di situ, saya juga mengunjungi lokasi TPA baru yang katanya diujicoba Oktober ini. Jaraknya tak jauh dari lokasi lama atau hanya berseberangan.

Mengintip Lokasi Pembuangan Akhir Di HSS Yang Segera Pindah

Dari Kecamatan Sungai Raya, TPA lama lokasinya di sebelah kanan jalan aspal, sedangkan TPA baru ke kiri jalan. Jalan menuju lokasi baru lebih besar dan nyaman dilalui.

Ika Agus menuturkan, jarak dari pemukiman sudah memungkinkan, sekitar 3 sampai 4 kilometer dari rumah-rumah penduduk.

“Sedangkan standar idealnya, paling tidak 500 meter sampai 1 kilometer tidak mendekati kawasan pemukiman,” terangnya saat dikonfirmasi di ruangannya awal pekan lalu.

Infrastruktur yang tersedia pada TPA baru dipaparkannya terdapat kolam landfill, kolam instalasi pengelolaan limbah (IPL), bangunan kantor, jembatan timbang, garasi alat berat, tempat cuci mobil, dan terakhir tempat komposfer dan pemilahan sampah.

Metode pengelolaan sampah dijelaskan Ika sekarang berbeda, jika dahulu mindsetnya tempat pembuangan akhir, sekarang tempat pemprosesan akhir sampah.

“Jadi, sampah mulai dari rumah tangga, sampai ke TPA mengalami proses. Bukan dibuang,” ucapnya.

Metode yang dipakai HSS ungkapnya, disebut metode sanitary landfill, di mana setiap sampah datang ke TPA, dipadatkan setiap hari, lalu akan ditutup dengan tanah.

Selain itu, ada pemprosesan saluran air lindi-nya, bagaimana supaya kedepan tidak mencemari lingkungan sekitar. Lalu, tangkapan gas metan ungkapnya juga dikelola, yang dalam hal ini bisa digunakan sumber energi.

“Paling tidak, bisa dimanfaatkan di internal TPA, seperti memasak air dan makanan dari hasil pengolahan gas metan tersebut,” ucapnya.

Di TPA lama pun, kata petugas pengangkut sampah yang (maaf) saya lupa namanya, biasanya mereka sering memasak dengan menggunakan gas metan tersebut. (*)

Protes RUU Anggota Parlemen Menari Perang Prabowo Ajak Puasa 5 Tahun KPK Lelang Barang Koruptor Gus Miftah Meminta Maaf Gus Miftah Ejek Penjual Es Teh