Ibukota provinsi identik dengan Tempat Hiburan Malam (THM) dan kehidupan para wanita “Kupu-Kupu Malam”. Tak terkecuali di Kota Banjarmasin, walaupun pemerintah sangat ketat memberlakukan PPKM (Pemberlakuan Pembatas Kegiatan Masyarakat), namun kebutuhan hidup “memaksa” PSK tetap eksis, meski dengan cara-cara yang terselubung.
Malam sudah semakin larut, waktu menunjukkan pukul 01.40 WITA dinihari. Lorong di kawasan Jl. Simpang Sudimampir, Kertak Baru Ulu, Kecamatan Banjarmasin Tengah, Kota Banjarmasin, tampak sepi. Deretan toko tertutup rapat, remang-remang lampu jalan menambah suasana yang kian hening. Hanya satu bangunan yang kelihatan agak terang, sebuah losmen kelas melati masih menunjukkan tanda-tanda kehidupan di malam menjelang dinihari itu.
Suasana hening di kawasan itu semakin terasa, ketika hujan gerimis runtuh dari langit. Dari kejauhan tampak seorang wanita bertubuh lumayan tinggi, tengah duduk di atas sepeda motor jenis honda beat berwarna biru putih dengan Nopol xxxxx di tepi jalan Simpang Sudimampir.
Wanita itu memiliki kulit putih kekuningan, berambut panjang lurus sebahu dengan pakaian sangat berani, seksi mengenakan kaos putih corak yang ketat dan celana pendek. Paha mulusnya mengundang gairah lelaki hidung belang yang kebetulan berpapasan.
Reporter koranbanjar.net mendekati wanita yang tengah duduk di atas sepeda motor itu, seraya berbincang kecil. “Nunggu teman mas,” jawab wanita sebut saja Puspa –nama samaran, Red– saat mulai ditanya, Senin malam, (6/4/2021) dinihari.
Pelan-pelan obrolan kecil mengalir, sampai akhirnya wanita berusia 33 tahun itu blak-blakan mengungkapkan profesinya berada di lokasi tersebut. “Bookingan untuk short-time (satu kali pakai) Rp200.000 mas,” ujar wanita asal Kelayan Dalam, Kecamatan Banjarmasin Selatan ini.
Puspa juga mengakui, tiap malam dia memang mangkal di kawasan itu, untuk menunggu pelanggan maupun “konsumen” baru. Pasalnya, di kawasan tersebut tersedia sebuah losmen kecil yang siap melayani kebutuhan tamu.
Kendati demikian, pelanggan tidak mesti check-in di losmen itu, tetapi bisa pula mengajak ke penginapan atau hotel lain. “Bisa juga tamu menentukan tempatnya, bisa buka kamar di sebuah hotel,” ungkapnya.
Ditanya soal jumlah tamu yang biasa dilayani per malam, Puspa menyebutkan tidak menentu, tergantung kebutuhan “pembeli”. “Tergantung tamu, jika tamu membayar tinggi, bisa langsung istirahat di hotel, “jawabnya.
Meladeni pertanyaan yang terus diajukan, rupanya Puspa sudah mulai bosan, hingga akhirnya menutup dengan pertanyaan balik, “Jangan nanya terus mas, kapan nih…., nanyanya di kamar saja,” tutupnya.(mj-33/sir)