Oleh: Ainun Jariah, Guru MAN 4 Banjar
Seorang guru memegang peranan penting dalam membentuk generasi masa depan. Dalam momentum Hari Guru Nasional, marilah kita merenungkan tentang tips-tips yang dapat memandu kita untuk menjadi pendidik yang baik, memiliki hati nurani dalam mengajar, dan menjadi contoh teladan yang inspiratif bagi para peserta didik. Melalui tulisan ini, mari kita eksplorasi bersama.

Dalam dunia pendidikan yang terus berkembang, peran seorang guru menjadi semakin penting dalam membimbing, menginspirasi, dan membentuk karakter siswa. Sebagai penjaga api penerang ilmu, seorang guru harus melibatkan hati nurani dalam setiap interaksi dengan siswa.
Dalam konteks ini, nilai-nilai agama yang terkandung dalam ayat al-Quran dan Hadits memiliki peran yang sangat relevan dan memandu tindakan seorang guru.
Ayat al-Quran dari Surat Al-Isra ayat 70 mengungkapkan keistimewaan manusia sebagai makhluk yang diberi kehormatan oleh Allah SWT. Dalam ayat ini, Allah berfirman: “Dan sesungguhnya Kami telah menghormati anak-anak Adam dan Kami angkut mereka di darat dan di laut, dan Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik, dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang nyata atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.”
Ayat ini menggarisbawahi tanggung jawab seorang guru dalam membantu siswa menggali potensi mereka yang luar biasa dan mewujudkan kelebihan yang telah Allah berikan.
Hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad dan Tirmidzi mengajarkan bahwa sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia. Dalam konteks peran seorang guru, hadits ini menggambarkan esensi dari misi seorang guru yang berusaha memberikan manfaat sebesar-besarnya kepada siswa dengan memberikan bimbingan, pengetahuan, dan inspirasi.
Peran seorang guru juga dikaitkan dengan pandangan tokoh pendidikan seperti Ki Hajar Dewantara. Ki Hajar Dewantara, pendiri Taman Siswa, merupakan sosok pendidik yang memahami pentingnya pendidikan yang mencakup aspek karakter, moral, dan kemandirian siswa. Beliau menjadikan siswa sebagai pusat pembelajaran dengan menanamkan nilai-nilai kebebasan, kemandirian, dan tanggung jawab dalam proses pendidikan. Pendapat Ki Hajar Dewantara yang relevan dalam konteks ini adalah, “Ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani” yang berarti “Di depan memberi contoh, di tengah membangun semangat, di belakang memberikan dukungan.”
Ungkapan ini menunjukkan pentingnya peran seorang guru dalam memberikan contoh yang baik, membimbing siswa dalam mengembangkan semangat belajar, dan memberikan dukungan tanpa henti.
Dalam menghadapi tantangan era digital, seorang guru harus dapat memanfaatkan teknologi dengan bijak. Teknologi dapat menjadi alat yang efektif dalam pembelajaran, memperluas akses ke pengetahuan, dan memfasilitasi komunikasi yang lebih baik antara guru dan siswa. Namun, guru juga harus tetap berpegang pada nilai-nilai moral dan etika dalam penggunaan teknologi.
Dalam implementasi kurikulum merdeka, seorang guru perlu memahami dan mengakomodasi kebutuhan serta keunikan setiap siswa. Kurikulum merdeka menekankan pentingnya pendekatan yang inklusif, responsif, dan adaptif terhadap perbedaan individual siswa. Guru harus mampu mengidentifikasi potensi, minat, dan bakat siswa secara holistik, serta memberikan kesempatan kepada mereka untuk mengembangkan diri sesuai dengan kecenderungan dan kemampuan masing-masing.
Penerapan kurikulum merdeka juga mengharuskan seorang guru untuk melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Guru harus mendorong siswa untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis, kolaborasi, dan pemecahan masalah. Melalui pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa, siswa diajak untuk menjadi subjek aktif dalam pembelajaran, di mana mereka diberikan kesempatan untuk mengemukakan pendapat, mengajukan pertanyaan, serta berpartisipasi aktif dalam aktivitas pembelajaran.
Selain itu, guru dalam kurikulum merdeka juga dituntut untuk mengaitkan pembelajaran dengan kehidupan nyata siswa.
Guru harus mampu membangun keterkaitan antara materi pembelajaran dengan pengalaman, lingkungan, dan kebutuhan siswa. Hal ini dapat dilakukan dengan memanfaatkan teknologi, sumber daya lokal, serta pengalaman nyata siswa sebagai bahan pembelajaran yang relevan dan bermakna.
Dalam konteks ini, guru juga dapat mengambil inspirasi dari kata-kata Nelson Mandela yang mengatakan, “Pendidikan adalah senjata paling kuat yang dapat kita gunakan untuk mengubah dunia.” Dalam kurikulum merdeka, pendidikan menjadi alat yang kuat dalam membuka peluang dan menciptakan perubahan positif dalam kehidupan siswa. Guru memiliki peran sentral dalam mewujudkan visi ini dengan menginspirasi, memberdayakan, dan membimbing siswa agar dapat mengambil peran aktif dalam mengubah dunia.
Simpulannya, peran seorang guru sangatlah penting dalam era digital sekarang ini. Dengan mengintegrasikan nilai-nilai agama, seperti yang terkandung dalam ayat al-Quran dan Hadits, dan mengambil inspirasi dari tokoh pendidikan seperti Ki Hajar Dewantara, guru dapat membentuk siswa menjadi individu yang berintegritas, berpikiran kritis, dan mampu beradaptasi dalam perubahan yang terus berlangsung.
Melalui pendekatan yang inklusif, responsif, dan adaptif, serta memanfaatkan teknologi dengan bijak, guru dapat memaksimalkan potensi siswa dan membantu mereka menghadapi tantangan di era digital serta menerapkan kurikulum merdeka dengan sukses.
Selamat Guru Nasional 2022 “Serentak Berinovasi, Wujudkan Merdeka Belajar.(*)